Seide.id -Jangan minta dingertiin, dipahami orang lain agar kita tidak mudah kecewa dan sakit hati, jika orang itu bersikap cuwek dan tidak peduli pada kita. Lebih baik kita belajar memahami orang lain, dan bahagia.
Pengalaman itu saya peroleh, ketika es-em-a, saya indekos dekat sekolah, dan belajar mandiri.
Semula saya berpikir dan jengkel pada orangtua yang belum pernah sekalipun menengok saya di tempat kos.
Begitu pula saat saya pulang rumah per dua Minggu sekali, Bapak tidak menanyakan tentang sekolah saya, bagaimana makan saya di tempat kos, dan seterusnya.
Ternyata anggapan saya itu salah besar. Bapak yang tampak cuek itu, ternyata peduli dan menyayangi saya.
Buktinya, di suatu malam, Mbak warteg tempat makan anak kos itu cerita, ada seorang Bapak yang menanyakan saya. Ketika saya tanyakan ciri-cirinya, ternyata itu Bapak.
“Kebetulan Bapak lewat situ. Bapak ingat ceritamu warteg yang masakannya enak, lalu mampir,” kilah Bapak, ketika saya menanyakan hal itu.
Saya sadar sesadarnya dan pikiran ini jadi terbuka. Sesungguhnya, rasa peduli itu tidak harus diungkapkan lewat kata-kata, tapi lewat sikap, perhatian, dan tindakan.
Bapak juga mengajari saya untuk memahami orang lain, ketimbang minta dipahami. Alasan Bapak, orang yang minta dipahami itu egois dan sombong. Sebaliknya dengan belajar memahami orang lain, hati ini tidak mudah kecewa atau terluka. Kita jadi sabar, tabah, tegar, dan rendah hati.
Kemandirian Bapak itu sungguh menginspirasi saya. Di usia yang tujuh puluhan tahun itu, Bapak tetap enerjik dan aktif dalam kegiatan sosial.
“Le, meski usia tua, tapi semangat hidup tidak boleh ‘nglokro’. Jangan bersikap manja dan mengasihi diri sendiri. Kita harus miliki semangat hidup, kendati nyalanya makin berkedip,” jelas Bapak memaknai hidupnya.
Semangat hidup Bapak itu sungguh membuat saya jadi malu hati. Bapak menjalani semua aktivitas itu tanpa mengeluh, tapi dengan penuh sukacita. Wajah Bapak juga selalu cerah sumringah.
“Pekerjaan apa pun yang dilakukan atas dasar kasih itu jauh dari capai, Le, tapi membahagiakan. Bahagia itu pilihan, dan menyehatkan jiwa,” kata Bapak meyakinkan.
Teladan Bapak membuat saya makin semangat untuk menjalani hidup ini. Modalnya adalah belajar mendulukan dan memahami orang lain agar kita bahagia.
Mas Redjo /Red-Joss