Dalam banyak peristiwa, kita sering menjumpai orang yang tiba-tiba stress berat, mengamuk bahkan banyak yang ngoceh sendiri.
Saat kalah Pilkada keamarin, ada 16 orang yang termuat di medsos ketahun gila. Hampir tiap bulan, di kampung ada orang stress karena kalah judi. Orang stress, tak hanya telanjang, tapi juga mengamuk, ngoceh dan sebagian menjadi gila.
Pada dasarnya, penyakit stress adalah cara tubuh kita melindungi diri dari bahaya, sehingga orang tetap fokus, aktif dan waspada. Namun jika otak tak bisa mengendalikan diri, bisa menyebabkan tekanan mental dan bisa gila.
Itu sebabnya, di saat ekonomi sulit di tengah pandemi sekarang ini, mesti mewaspadai orang-orang dengan gangguan stress berat yang mengarah pada kegilaan. Gila beneran atau gila buatan. Penyebabnya sama. Tak mampu menguasai diri dan keadaan.
Waktu di Solo, tetangga saya ada yang bekerja di RSJ Mangkujayan, sebelah Stadion Sriwedari. Suatu kali, ia harus kerja keras menangani seorang penghuni RS yang mengaku sebagai Dewa Zeus, penguasa Olimpius, Dewa dari segala Dewa. Ia mengaku saudarnya Dewa Yupiter. Karena Dewa dari segala Dewa, semua penghuni RSJ, kalau ketemu harus hormat padanya. Ingin makan harus menyebut namanya tiga kali. Lama-lama penghuni yang setengah gila kheki dan menyeburkan tubuh “Dewa Zeus” ke kolam di dalam RS.
Sejak itu ia tak berani mengaku Dewa lagi.
Kemarin jagad medsos geger karena ada orang bernama Paul Zhang mengaku sebagai Nabi ke-26. Tak seperti pengakuan sosok-soaok lainnya, Paul berpenampilan seperti milenial dan tak memberikan kata dan kalimat perenungan yang memperlihatkan ungkapan-ungkapan seorang nabi. Yang keluar justru hinaan kepada Nabi.
Yang kebih gila, ia menantang siapapun untuk menangkap atau melaporkan pada polisi. Ia yakin tak ada yang bisa menangkapnya. Apalagi menyeret senagai penista agama.
Paul ini kata teman melalui WA tidak ada di Indonesia. Ia – menurut bisikan teman- adalah warga Jerman yang tingga di Hongkong.
Saya ingat sebuah nama, Veronica Koman – warga Indonesia yang lari ke luar negeri- yang tampak sekali sengaja membenturkan Pemerintah Indonesia dengan warga Papua. Tindakan yang diharapkan bikin marah orang banyak, meleset. Adu domba alias gesekan yang diharapkan tak terjadi, meski sempat bikin rusuh bentrok di Papua Barat.
Paul, siapapun dia, tampaknya sengaja membuat gaduh, biar orang Indonesia tidak hidup tenang dan damai. Ia mencoba menciptakan keagaduhan dengan membenturkan agama dan suku sehingga bikin kericuhan. Jika ini terjadi, ia akan berhasil. Tapi saya yakin Paul akan gagal.
Orang Indonesia sangat tahu membedakan orang waras dan orang gila. Apalagi orang gila yang menghina nabi. Ia tak cukup sekedar dimasukkan kolam kubangan, tapi juga yang ada terali besinya bersama kecoak dan tikus…..
19.04.21