Memahami Perjuangan Kaum Perempuan – Menulis Kehidupan 182

Ibuku, saudariku, anak gadisku dan kaum perempuan diberkahi Sang Pencipta dengan keistimewaan berkah, sekaligus tugas kodrati. Setiap anak manusia dikandung dan dilahirkan Ibu, seorang Perempuan – yang di’empu’kan – yang dihormati.

Prinsip dan ungkapan bagi kaum perempuan, tidak selalu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ada cerita panjang luka derita, air mata dan darah serta pengalaman yang lahirkan banyak tanya. Apakah ini misteri kodrati atau karena bentukan sosial budaya. Maraknya kasus KDRT, perbudakan dan cerita duka kaum perempuan; baik di ruang privat maupun domestik, di berbagai belahan dunia hingga zaman digital ini. Renungkan fakta itu, maka kutuliskan sebuah sajak:Kepak Sayap Tanya Perempuan

Kucatat dari lukisan tapaknya
ada aneka onak duri
menikam langkah jejaknya
ada lumpur nodai telapaknya
ada debu menerpa wajah dan kotori matanya
dan rambutnya dibasahi hujan
Dia terus berjalan
Tikaman onak duri
melukai hati sanubari
Lumpur dan debu
kaburkan nalar mata jiwa
darah mengalir basahi cita
air mata genangi cinta
rindu damba meraih makna
nyanyikan lagu harmoni
dalam lembar relasi insani
karena rasa warna-warni
untuk temukan yang sejati

Pada bukit hening sepi
dia duduk doa samadhi
dibacanya ayat-ayat suci
didaraskan mantra Ilahi
agar bisa menyibak misteri
agar dapat temukan arti
agar meraih jawaban pasti
tentang rahasia takdir
kodrati
yang tertulis dalam diri
Siapakah aku ini
Mengapa aku seperti ini
Apa amanah diri pribadi
Bagaimana hidup ini kuhadapi
Kemana arahkan langkah kaki
agar meraih makna sejati
agar temukan wasiat kodrati
agar jalankan perintah Ilahi

Pada pelataran relung pasrah
Dia rindukan tetesan embun
basahi dahaga basuh wajah
Ditunggu kilau sinar bintang
sibak tirai misteri diri
Dinanti senyum wajah purnama
berikan jawaban doa
Diharapkan semilir angin sejuk
belai wajah bisikan sajak
Dia mohon cahaya mentari
sinari jalan menuntun arah
Agar
Langkah tidak tertikam duri
Telapak tidak dikotori lumpur
Mata tidak dikaburkan debu
Wajahnya biaskan senyum ceria
Karena
nalar bening cahaya
luka hati diobati cinta
dahaga sanubari dialiri berkah
lapar jiwa
dijawabi Pencipta
berikan jawaban seribu tanya

Saat kutuliskan sajak ini
dia masih duduk menyepi
rebahkan sanubari
tenangkan hati
berdoa samadhi
berkelana mencari
antara bukit dan lembah
antara gunung dan samudera
antara pasir pantai dan ombak
antara jarak dan waktu
antara tanya dan jawaban
antara rencananya dan Pencipta
antara raga, rasa, nalar
antara nurani dan jiwa
antara masa lalunya dan masa depannya
untuk memilah dan memilih
untuk menenun makna sejati
untuk nyanyikan lagu harmoni

Simply da Flores Harmony Institute