Memahami Seni dan Seniman Kontemporer di Jogja

Seni Kontemporer Jogya

Pameran seni rupa kontemporer segera digelar di Jogja National Museum (JNM) pada akhir April hingga Mei 2024 ini , menampilkan karya Samuel Indratma, Faisal Kamandobat dan Alit Ambara . Pameran yang melibatkan seluruh masyarakat, tanpa terkecuali masyarakat yang tidak mengerti sama sekali tentang kesenian.

OLEH YUDAH PRAKOSO R

Seide.id. – Satu agenda akbar yang bakal dihelat pada 22 April hingga 5 Mei 2024 adalah Pameran Seni Rupa Tabon dan Pasar Jembar. Acara pameran diinisiasi oleh para seniman dan lintas batas yang tergabung dalam Jogja Art Planet, satu wahana persemaian dan pengembangan ide, praktik dan material kebudayaan. “Tiga perupa yang terlibat yakni Samuel Indratma, Alit Ambara dan Faisal Kamandobat. Akan ada 600 lukisan yang dipamerkan,” jelas Ketua Panitia, Agus Supriyo.

Pada awal proyek dibuat, Nabila Fitra Fiandini diperkenalkan sebuah Tabon berarti rumah induk, orang yang berada di sini bisa mendiskusikan dan berekspresi secara aman. Hal ini yang membuatnya tertarik meskipun ia bukanlah seniman, ia hanya senang mengamati dan cukup antusias terhadap bidang ini. Ia juga tertarik karena melihat bahwa pameran ini merangkul masyarakat dari berbagai macam kalangan dan latar belakang.

Sebagai penulis dari salah satu seniman Faisal Kamandobat , penyair, prosais dan eseis kelahiran Cigaru, Majenang, Cilacap – dimana karya-karyanya telah dimuat di berbagai media massa, majalah, jurnal, dan antologi bersama, Nabila mengakui terdapat banyak kesulitan yang ditemui di tengah perjalanan. Ketika memaknai sebuah karya seni ia mengatakan, “ kita tidak dapat memaknai karya seni sebagai suatu hal yang hanya terhubung dengan satu momen tertentu, tapi sebenarnya kalau kita memaknai suatu karya seni, tapi sebenarnya itu merupakan trajektori dari pengalaman para senimannya.”

kita tidak dapat memaknai karya seni sebagai suatu hal yang hanya terhubung dengan satu momen tertentu, tapi sebenarnya kalau kita memaknai suatu karya seni, tapi sebenarnya itu merupakan trajektori dari pengalaman para senimannya.

“Faisal Kamandobat sendiri memiliki latar belakang yang multidimensional. Yang lahir sebagai seorang santri, kemudian dia menjadi seorang sastrawan, dan dia juga merupakan seorang antropolog. Jadi dia memiliki ketajaman dan kedalaman dalam melihat sesuatu.” lanjut Nabilla yang menyelesaikan tugas akhirnya di Hubungan International tentang diplomasi budaya Heri Dono dalam Vinice Biennale. Sehingga untuk menarik benang merah dari pengalaman Faisal Kamandobat yang sudah ada, ia mengakui itu merupakan hal yang cukup sulit; dengan mempertimbangkan latar belakang, periode yang dijalani Faisal Kamandobat.

Untuk memahami Faisal Kamandobat ia mengaku cukup sulit karena ia melihat Faisal Kamandobat memandang kesenian sebagai lakon, sesuatu yang tidak terpisah dari dirinya, seseorang yang lebih kompleks dari sebenarnya. Dalam penulisan ia lakukan dengan pendekatan etnografi, berdasarkan pengalamannya ketika ia menulis skripsi dahulu. Jadi ketika ia menulis tentang Faisal Kamandobat ia mencoba memahami secara holistik, tidak hanya secara parsial saja. Ia mencoba untuk merepresentasikan realita yang memang dimiliki oleh Faisal Kamandobat sendiri.

Seni untuk Masyarakat

Pada zaman sekarang, seringkali kita dihadapkan terhadap masalah pembatasan sebagai contoh pembatasan budaya. Ia mengibaratkan terdapat orang yang memiliki pemikiran barat dan timur yang saling berseberangan. Padahal pemikiran barat dipengaruhi oleh pemikiran timur, begitu juga sebaliknya. Dalam tulisannya, ia meniadakan batasan-batasan ini sehingga membuat kita dapat melihat kompleksitas dari seniman itu sendiri.

“Pameran seni kontemporer sekarang tidak begitu inklusif, pameran Tabon bisa menjadi salah satu intervensi menghapus batas tersebut dan menjadikan ini pesta rakyat. Kalau saya harus mengajak, ini salah satu pameran yang mencoba mengembalikan seni kepada masyarakat, melihat latar belakang senimannya dan juga mungkin nilai-nilai yang diperjuangkan di dalam praktik kesenimanan mereka, kalau kita tarik garis benangnya adalah untuk masyarakat itu sendiri jadi ketika masyarakat melihat pameran ini merasa terangkul.”

Dia berharap setiap pengunjung yang datang di pameran Tabon tidak merasa asing dan merasa dirangkul secara inklusif. Ia meilhat bahwa pameran Tabon dapat menghapus batas-batas dan mengembalikan seni kepada masyarakat.

Di luar arena pameran akan digelar Pasar Jembar yakni, pasar yang menyajikan pesona masa lalu yakni menghadirkan pengalaman yang sesungguhnya di pasar masa lalu. Ada kuliner yang semua masak di situ, jasa tukang cukur, tukang jahit dikerjakan di Pasar Jembar, meramu jamu juga di pasar.

Pasar Jembar ini sebagai kreasi dan ekspresi seni serta ruang perjumpaan lintas batas ekonomi, sosial dan kebudayaan. Belum sempat penyelenggara membuka pendaftaran secara terbuka, ternyata peminatnya banyak sekali. Padahal tempat terbatas, hanya untuk 50 pedagang. Sekarang sedang dalam proses kurasi. ***

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.