Memaknai Sebuah Tragedi Kemanusiaan – Menulis Kehidupan 304

Foto : Dan Fador/Pixabay

Pada hakekatnya, setiap kita yang terlahir dan hidup adalah sebuah berkat Sang Pencipta. Namun, ada juga fakta bahwa calon bayi digugurkan dan bayi yang terlahir dibuang lalu mati. Kehadirannya tidak diterima dengan aneka alasan ibu bapaknya.

Ketika tragedi itu terjadi, semua pihak di luar sang ibu dan bapaknya memberikan tanggapan beragam. Ada yang mengutuk dan ada yang diam, bahkan ada yang mendukung. Dalam upaya memahami dan memaknai fakta tragedi itu, saya tuliskan sajak:

Mentari Menyibak Prahara

Malam telah mencatat fakta
ada jemari tangan menulis
ada tangan nurani memahat
Cerita gelap gulita jiwa
Kisah gersang hati sanubari
“Seorang bayi lelaki
dikuburkan kembali ke tanah
Entah apa alasannya
oleh ibu yang melahirkannya
oleh bapa yang menghadirkannya
Jiwa raga bayi mungil
jadi korban tak berdaya
dibuang dikuburkan mati….”
Dan
pagi ini disibak mentari
cahaya membuka mata insani
Mengapa ini terjadi

Semua sujud sembah iman
Semua kata-kata bijak
Semua ayat-ayat suci
Semua pasal-pasal hukum
Digugat debu dan mentari
Karena
sudah sembilan bulan berlalu
ada relasi hadirkan bayi
ada sesama saksikan fakta
ada sesama ketahui data
Seorang perempuan mengandung
dari seorang laki-laki
Dan
Tak mungkin bisa bersembunyi
dari keluarga sanak saudara
dari tetangga sahabat kenalan
Namun…
Mengapa saat lahirnya terjadi
keputusan tragis seperti ini
justru dipilih dan dilakukan
Harus dibuang dikuburkan…
Bayi lelaki dan ari-ari
seperti sampah tak berarti
Entah apa pun alasannya ?

Prahara ini menggugat
bukan saja orangtua bayi
bukan saja keluarga ini
Tetapi
Semua harkat martabat insani
yang menjadi sesama saudara
yang jadi nafas udara
yang jadi aliran darah
Tentang
semua fakta perayaan kehidupan
semua simbol adat budaya
semua bentuk ritual iman
semua aturan dan hukum
Kita sedang buta hati
Kita sedang gelap nurani
Kita lapar kasih sayang
Kita haus cinta persaudaraan
Kita hidup tapi mati
“Siapakah aku dan hidupku
Siapakah sesama saudaraku
Adakah pikiran dan hati
Adakah nurani jiwa
Apakah arti diri dan hidupku
Masihkah ada Tuhan disini
di hatiku, hatimu, hati kita….”