Foto : Pexels/Pixabay
Salah satu ekspresi diri dalam menyatakan diri pribadi ada kebahagiaan adalah senyum. Dengan senyum yang tulus, seorang menyatakan siapa dirinya dan apa yang ada dalam jiwa raga pribadinya.
Memang ada senyum yang dibuat-buat atau senyum dengan makna sindiran, misalnya senyum sinis. Ada juga senyum untuk menarik perhatian atau menggoda perasaan orang lain. Tentang makna senyum itu, saya menuliskannya dalam sajak:
Melahirkan Senyum sebagai Doa
Seandainya tidak mampu tersenyum
Mungkin matahari terlihat gelap
Mungkin warna-warni bunga
terlihat hitam pekat
Mungkin wajah sesama
nampak hanya bayangan
Mungkin pribadi terasa hampa
Mungkin hidup tak berarti
Mungkin dunia jadi kutukan
Mungkin Sang Ilahi dikutuk
Mungkin rahim ibu digugat
“Mengapa aku terlahir”
Seandainya selalu senyum
Apa nanti kata dunia
ada yang tak waras
berkuasa dalam jiwa ragaku
karena mata rasaku gelap
karena mata ragaku hampa
karena mata nalarku buta
karena mata hatiku kosong
karena mata jiwaku mati
Ketika aku bisa tersenyum
hadapi suka duka hidup
dengan keikhlasan senyumku
Karena
saat mata raga normal
saat mata rasa ceria
saat pikiran waras cerdas
saat hati nurani kaya
saat sanubari jiwa bahagia
Maka
hidupku ini penuh berkah
hidupku berwarna-warni pesona
hidupku memiliki syukur
hidupku punya terima kasih
hidupku dikuasai cinta
hidupku dikuasai kasih sayang
Senyum itu doa
Senyum itu wangi bunga
Senyum itu energi kasih
Senyum itu cahaya cinta
Senyum itu pesona Ilahi
Senyum itu pelangi semesta
Senyum itu madah sorgawi
Ketika harmoni jiwa ragaku
mengalir dari jaridiri
berbuah dari rahim pribadi
memiliki kesadaran hakiki
sebagai citra Sang Ilahi
Bila hidup dengan senyum
maka segalanya indah pesona
suka duka bukan problema
Karena energi cinta Ilahi
menjadi sumber kekuatan
Karena daya Sang Pencipta
menjadi andalan hidup pribadi
Karena Sang Maha Cinta
menjadi nafas kehidupan diri
Karena Sang Maha Indah
menjadi detak irama jantung
“Indah rencanaMu Tuhan”
Merenungkan Anugerah Pengalaman Keajaiban Ilahi – Menulis Kehidupan 266