Foto : 8photo/Freepik
Penulis : Jliteng
Sambil menanti dokter mata yang baru akan datang jam 09.00, saya tuliskan refleksi saya untuk Bapak penjual krupuk, buta, yang berpapasan di jalan.
Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka, pernah berkata bahwa hidup itu ibarat mengendara sepeda. Untuk menjaga keseimbangan kita harus tetap bergerak. Jika berhenti bergerak akan kehilangan keseimbangan dan bersiaplah terjatuh dari sepeda itu.
Yang dikatakan Einstein tak berbatas pada pergerakan fisik tetapi non fisik seperti berpikir, berimajinasi, dan berkreasi untuk ngudari ruwet-rentenge urip, dengan mencari ide baru , cara baru dan menciptakan solusi baru.
Makna keseimbangan hidup itu meliputi berpikir, berniat dan berkreasi. Mampu memantik ide baru, cara baru dan solusi baru. Kalau tidak mampu menjaga keseimbangan itu tentu akan jatuh atau… selalu gondelan alias berpegang terus pada uluran tangan orang lain.
Sosok pribadi mandiri yang tak hendak nggondeli orang lain, saya jumpai pagi ini. Berpapasan, ketika saya ke Rumah Sakit, bertemu doktet ahli mata.
Sosok pribadi mandiri itu adalah seorang penjual krupuk yang buta, bertongkat menyusuri jalan raya yang padat dan penuh resiko, termasuk jalan berlobang dan tidak rata yang dilaluinya.
Ibarat bersepeda, Bapak buta itu terus berjalan, menjaga keseimbangan hidupnya, melihat jalan raya dengan ketukan tongkatnya. Fokus, sambil terus melindungi diri, ada target harian yang harus dicapai, untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Atau juga ibu dan mungkin juga ayahnya, yang tinggal berhimpit di rumahnya yang sempit.
Perubahan terus terjadi, hal yang tak diduga akan terus berganti. Kesadaran itu juga ada dalam diri Bapak penjual kerupuk yang buta itu. Terus berpikir, mencari ide-ide baru, mencipta alternatif lain untuk mensiasati kebutuhan keluarga yang tak henti.
Salam sehat dan tak henti berbagi cahaya.
Lebih Takut Jadi Miskin Daripada Mati – Catatan halaman 141
Keajaiban Lahir dari Hidup Yang Biasa-biasa – Catatan halaman 139