Seide.id –Jika pada pemeriksaan ulang 4-6 minggu kemudian IgG tidak naik secara bermakna, atau tidak terdapat IgM dengan nilai positif, maka ibu bisa menarik napas lega. Itu artinya ia tidak perlu mendapat pengobatan.
Pemeriksaan Aviditas
Akan lebih baik lagi kalau hasil pemeriksaan ulang tersebut dilanjutkan dengan pemeriksaan aviditas untuk memastikan apakah janinnya juga terinfeksi atau tidak. Aviditas IgG yang rendah menunjukkan adanya infeksi baru. Sementara aviditas IgG yang tinggi merupakan pertanda adanya kekebalan lampau.
Kendati tidak perlu menjalani terapi pengobatan, bukan berarti ibu boleh lalai memeriksakan kandungannya lho. Bahkan monitoring terhadap janin biasanya dilakukan lebih ketat. Antara lain dengan pemeriksaan USG serial untuk mencari adakah kelainan bawaan pada janin sambil terus memantau pertumbuhannya.
Infeksi toksoplasmosis memang bisa menyerang siapa saja. Namun akan lebih serius masalahnya bila menyerang ibu hamil. Mengapa? Karena proses pembuahan dan pertumbuhan janinnya bisa terganggu. Toksoplasmosis dapat mengakibatkan abortus atau keguguran, lahir mati, cacat otak, kelainan mata, atau pertumbuhan janin terhambat.
Kelainan Kongenital
Yang juga harus diingat, usia kehamilan saat infeksi terjadi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Semakin awal kehamilan infeksi tersebut terjadi, semakin parah pula dampaknya bagi janin. Sementara risiko infeksi pada janin pun bertambah dengan berlanjutnya usia kehamilan.
Sebagai gambaran, ibu hamil yang terinfeksi pada trimester I, peluang bayinya ikut terinfeksi adalah 17 persen. Padahal, 60 persen dari bayi-bayi yang terinfeksi ini mengalami toksoplasmosis berat. Sementara 40 persen sisanya toksoplasmosis ringan.
Sedangkan jika ibu terkena infeksi toksoplasmosis pada trimester II, maka peluang janinnya ikut terinfeksi naik menjadi 24 persen. Dari jumlah ini, 30 persen di antaranya akan terkena toksoplasmosis berat. Sementara kalau ibu hami terinfeksi di trimester III, peluang janinnya akan terinfeksi meningkat tajam jadi sekitar 62 persen. Bedanya, meski persentasenya tinggi, namun tidak satu pun di usia kehamilan ini bayinya terkena infeksi toksoplasmosis berat. Dengan kata lain, semakin lanjut usia kehamilan, dampak infeksi pada janin akan semakin ringan.
Bila IgM positif pada usia kehamilan 13 minggu atau kurang, janin yang ikut terinfeksi kelak akan dilahirkan sebagai bayi dengan kelainan kongenital. Di antaranya akan menderita kelainan jantungm hdrosefalus (kepala membesar karena rongga kepala dipenuhi cairan hingga seluruh isi rongga kepala pun menjadi abnormal), mikrosefali (lingkarr kepala kecil, di bawah standar, yang menandakan tidak berkembangnya otak secara optimal), dan katarak kongenital yang menyebabkan kebitaan.
Meki persentasena relative kecil, namun karena dampak yang ditimbulkan bersifat fatal, fakta mengenai kelainan-kelainan kongenital ini pun amat perlu disampaikan kepada ibu dan keluarganya. Dengan demikian ibu lebih siap mental bila memutuskan ingin meneruskan kehamilannya meski janinnya positif terinfeksi.
Sedangkan jika IgM positif pada usia kehamilan di atas 13 minggu, sekitar 40-50 persen dari ibu yang positif terinfeksi ini masih bisa ditangani dengan antibiotik. Di antaranya spiramycin tanpa mengganggu pertumbuhan janin. Sementara 50-60 persen sisanya, dengan diobati atau tidak, bisa saja janinnya ikut terinfeksi.
Sebaliknya, kalau titer IgG dan IgM ini positif sebelum terjadi kehamilan, dokter tentu akan menganjurkan terapi pengobatan lebih dulu sebelum hamil. Dengan deikian, ibu bisa menjalani kehamilan dengan tenang tanpa diusik kekhawatiran apakah janinnya bakal ikut terinfeksi atau tidak.
Puspayati