Memberi Didasari Untung dan Rugi itu Suloyo

Ada anggapan, menolong orang itu lebih baik pada orang yang tidak dikenal dan jauh dari kita. Alasannya, agar kita mudah melupakannya.

Berbeda, jika kita menolong orang dekat, karena sering bertemu atau berhubungan. Bisa jadi, orang itu memanfaatkan kebaikan kita.

Ketimbang berpikiran negatif seperti itu, lebih bijak kita bertanya pada diri sendiri, tujuan dan motivasi kita berbuat baik itu.

Ibarat “tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh melihat”, adalah sikap ikhlas yang benar.

Tantangan terberat untuk ikhlas memberi itu datangnya dari pikiran sendiri.

Hal itu sering kali terjadi, sehingga kita menjadi ragu-ragu untuk memberi.

Kita melihat tampilan phisik yang hendak ditolong, latar belakangnya, dan seterusnya.

Ketika memberi didasari pikiran dan atas untung dan rugi, kita bakal kecewa dan sakit hati.

Sekiranya ada orang yang menjual belas kasihan dan memanfaatkan kebaikan kita, pemberian itu tidak kehilangan nilainya.

Memberi dengan ikhlas kepada siapapun itu sumbernya bukan dari pikiran, melainkan dari hati nurani.

Memberi yang tanpa sekat dan tanpa syarat, itulah sejatinya intisari hidup untuk memberi. Bukan untuk diingat, melainkan memberi untuk dilupakan. Memberi itu anugerah dan berasal dari Allah. (MR)

Bukan untuk Meminta, tapi Hidup untuk Memberi

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang