Memilah di Antara Arab UEA dan Arab Puritan

Presiden Jokowi dan Presiden UEA Resmikan masjid di Solo

JELAS sudah bahwa negara berdaulat di mana pun enggan dirongrong para konservatisme dan puritanisme. Pembawa ajaran puritan yang anti golongan dan paham lain. Merasa paling suci, paling dekat dengan Nabi dan mau menang sendiri, mengatur pakaian warga di sekolah, kantor dan jalanan.

Sebaliknya, para pemimpin Arab makin tertarik membentuk masyarakat yang lebih moderat toleran, universal, sejajar dengan negeri maju lainnya. Dalam bidang politik, hukum dan kebudayaan, giat mereformasi diri. Mendorong perempuan berpolitik di parlemen, mengizinkan mereka keluar rumah dan mengendarai mobil sendiri, menonton olahraga di stadion dan bekerja di kantoran.

Uni Emirat Arab (UEA) lebih awal memimpin jalan pembatasan agama dan sosial. UEA membiayai pembangunan cabang universitas dan galeri seni Barat. Mendorong perempuan muda keluar dari pengasingannya di rumah dan memasuki dinas militer, termasuk putri presidennya sendiri.

Putera mahkota Abu Dhabi dan pemimpin de facto Uni Emirat Arab, Muhammad bin Zayed (MBZ), memimpin kampanye regional melawan gerakan Islam.

Sejalan dengan MBZ, Putra Mahkota di Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman al-Saud (MBS), juga perlahan lahan meninggalkan ajaran Wahabinya, dengan mulai menggiatkan dunia wisata, membangun pusat hiburan, memperbanyak layar bioskop di mall-mall, dan menyelenggarakan berbagai festival dan konser hiburan. Juga pesta Halloween yang bikin heboh baru baru ini.

Turis menikmati eksotisme Arab dan modernitasnya di Uni Emirat Arab. Dari negeri konservatif, menjadi terbuka kepada pendatang

Perubahan ke arah moderat ini terjadi di mana-mana. Kaum sekuler kini bisa ditemukan di tempat yang paling konservatif sekalipun di jazirah Arab.

Di Mesir, Presiden Mesir Abdel Fattah al Sisi telah melarang Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terkemuka di kawasan ini – dan menjadi ideologi PKS di sini.

Pemerintah Mesir mengirim para khatib perempuan yang telah ditunjuk segera menjalankan tugasnya untuk memberikan kotbah di masjid, memberikan ceramah mengenai topik-topik yang berhubungan dengan isu perempuan. Mendorong kesetaraan.

Kepala Departemen Agama Kementerian Wakaf Biro Umum Mesir, Sheikh Jaber Tayei, menjelaskan para khatib perempuan yang baru ditunjuk itu akan bertugas dua hari dalam seminggu.

Burkini, pakaian renang yang menutupi tubuh perempuan untuk perempuan konservatif, telah dilarang di beberapa pantai. Selaku Presiden Mesir Al Sisi menghadiri misa Natal di katedral Koptik Kairo tiga tahun berturut-turut. “Kami menjadi lebih Eropa,” jelas seorang pejabat Mesir.

Di selatan Kairo, para perempuan tidak berjilbab duduk-duduk di kafe-kafe jalanan. Mereka menghisap sisha yang secara tradisi merupakan kebiasaan laki-laki. Beberapa tempat menyediakan minuman alkohol yang dilarang Islam. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.