Menanggung Utang Rp.4.260 Triliun, Kegagalan Proyek Pebisnis ini Bisa Memicu Krisis Keuangan Global

Hu Ka Yan Boss Evergrande

Xy Jiayin alias Hu Ka Yan, 63, pendiri dan pemilik saham terbesar grup Evergrande di China. Perusahaan propertynya telah mengembangkan 876 proyek di lahan seluas 293 juta meter persegi dan punya proyek di seluruh provinsi di China. Namun dengan peraturan baru, mengontrol utang perusahaan-perusahaan properti, Evergrande tak bisa memenuhi kewajiban membayar cicilan bunga.

PEBISNIS dan penguasa punya utang tentulah sudah biasa. Tapi bagaimana jika jumlahnya mencapai Rp4.260 triliun ? Itulah utang yang kini ditanggung oleh grup Evergrande, perusahaan properti yang didirikan Xu Jiayin alias Ha Ka Yan di China.

Dengan utang sebesar itu, dampaknya bisa memicu kekacauan keuangan global, tulis BBC dalam berita terbarunya.

Xu Jiayin pada 21 September menulis surat untuk karyawan perusahaan yang ia pimpin yang berjumlah tak kurang dari 125 ribu orang. Surat itu dia tulis ketika perusahaannya menghadapi persoalan serius: terancam bangkrut.

Utang yang dicatat Evergrande diperkirakan mencapai tak kurang dari US$300 miliar atau sekitar Rp4.260 triliun.

Dalam sejarah tak ada perusahaan di dunia ini yang memiliki utang sebesar ini.

Evergrande telah mengembangkan 876 proyek di lahan seluas 293 juta meter persegi dan punya proyek di seluruh provinsi di China, menurut laporan tahunan perusahaan yang dikeluarkan pada 2019.

Namun setelah pemerintah pusat di Beijing memberlakukan peraturan baru pada Januari yang ditujukan untuk mengontrol utang perusahaan-perusahaan properti, Evergrande tak bisa memenuhi kewajiban membayar cicilan bunga.

Saat ini muncul kekhawatiran jika Evergrande gagal membayar bunga dan tak bisa mengembalikan utang US$300 miliar itu, yang berdampak pada dunia binis secara kesluruhan. Bukan hanya di China melainkan di seluruh dunia.

Warga China yang sudah membayar ke Evergrande menghadapi kemungkinan rumah yang mereka akan beli mungkin tak selesai dibangun.

 “Saya meyakini, dengan kerja sama di antara jajaran pimpinan dan seluruh karyawan … jika kita terus berjuang, tabah menjalani perjuangan ini, kita akan bisa keluar dari masa-masa gelap ini segera,” kata Xu Jiayin.

Selanjutnya : Pernah jadi sopir traktor dan kerja di pabrik semen.

XU JIAYIN, yang juga dikenal dengan nama Hui Ka Yan, lahir pada 1958 di Desa Jutaigang, Provinsi Henan, di China barat. Ayahnya adalah anggota Tentara Revolusioner dan ikut bertempur melawan Jepang sedangkan sang ibu meninggal sebelum ia menginjak usia satu tahun, tulis media pemerintah setempat.

Sejak meninggalnya sang ibu, Xu Jiayin diasuh dan dibesarkan oleh neneknya,

Menurut media di China, Xu Jiayin pernah menjadi pekerja kasar,  menjadi sopir traktor yang mengangkut kotoran sapi, hingga bekerja di pabrik semen.

Pada awal 1970-an ia masuk ke Institut Besi dan Baja Wuhan, lembaga pendidikan yang sekarang bernama Universitas Sains dan Teknologi Wuhan.  Setelah lulus, ia bekerja di pabrik besi dan baja selama beberapa tahun sebelum mendirikan Evergrande Group pada 1996.

Evergrande melakukan banyak investasi properti yang membuat perusahaannya mendapatkan dana US$722 juta saat menawarkan saham pada 2009.  Seiring dengan tumbuhnya perekonomian China, Evergrande juga berkembang pesat.

Pada 2018, Brand Finance menempatkan Evergrande sebagai perusahaan real estate dengan nilai terbesar di dunia. Xu Jiayin memiliki 70% saham Evergrande, membuat nilai kekayaan dirinya menembus hampir US$11 miliar, menurut penelusuran majalah Forbes.

Di daftar orang terkaya di dunia, ia berada di urutan 53, dan di China berada di urutan 10.

. Xu Jiayin memiliki 70% saham Evergrande, membuat nilai kekayaan dirinya menembus hampir US$11 miliar, menurut penelusuran majalah Forbes.

Di luar sektor properti, Evergrande menjadi pembicaraan ketika membeli klub sepak bola di Guangzhou pada 2010 seharga US$15 juta. Tapi empat tahun kemudian Xu Jiaying menjual sahamnya di klub ke perusahaan e-commerce Alibaba seharga US$192 juta.

Beberapa kalangan menduga kesuksesan Evergrande antara lain disebabkan oleh hubungan dekat Xu Jiayin dengan para pejabat penting. Namun Xu Jiayin menyebut kesuksesan dirinya karena pendidikan dan jasa Partai Komunis.

“Tanpa (pendidikan di) perguruan tinggi, saya pasti masih berada di desa. Tanpa bantuan uang pemerintah, saya tak mungkin bisa masuk ke universitas. Tanpa reformasi (yang dijalankan pemerintah), Evergrande tak akan sebesar sekarang,” katanya dalam satu kesempatan, seperti dikutip kantor berita AFP.

Zhiwu Chen, direktur Asia Global Institute dan pengajar di University of Hong Kong, kepada BBC Mundo menjelaskan, “koneksi politik memungkinkan Xu Jiayin dan Evergrande mendapatkan utang dalam jumlah besar meski sebenarnya mendapatkan pinjaman besar sering kali menghadapi kendala regulasi”. – BBC/dms

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.