Seide.id – Kapolres Metro Jakarta Barat (Jakbar), Kombes Pol Ady Wibowo, akhirnya menemui Komandan Paspampres (Danpaspampres), Mayjen TNI Agus Subiyanto untuk meminta maaf secara langsung.
Permintaan maaf itu disampaikan sebagai buntut kesalahpahaman yang terjadi antara anggotanya dengan anggota Paspampres, Praka Izroi.
Kapolres mengakui ada perilaku anggotanya yang kurang pantas saat melaksanakan penyekatan terkait penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Anggotanya yang dinilai kurang pantas itu diperiksa oleh Propam.
Sebelumnya viral di media, tentang sikap beberapa anggota kepolisian terhadap seseorang yang mengaku anggota Paspampres di tempat penyekatan PPKM Darurat di Jakarta Barat. Malam harinya sekitar 50 anggota Paspamres menggunakan sepeda motor mendatangi Polres Jakarta Barat. Untung tidak terjadi insiden yang fatal, karena anggota Paspempres yang sedang panas itu berhasil diredam oleh atasannya, lalu kembali ke markas.
Gesekan antaraparat beda kesatuan kerapkali terjadi. Biasanya pelakunya adalah aparat-aparat berusia muda yang masih gampang terbawa emosi. Jika sudah begitu, biasanya komandan masing-masing yang akan jadi “pemadam kebakaran”.
Jika terhadap sesama aparat biasanya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Berbeda jika tindakan aparat terhadap masyarakat sipil yang kadang di luar batas. Misalnya kekerasan terhadap wartawan atau masyarakat umum. Tindakan seperti itu biasanya jarang sekali mendapat penyelesaikan yang melegakan bagi korban.
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai adanya arogansi anggota kepolisian terhadap masyarakat kecil.
“Kasus-kasus seperti itu memang bukan satu, dua kali terjadi. Memang ada kecenderungan arogansi dari anggota kepolisian dalam pendekatan ke masyarakat,” ungkap Bambang ketika seperti dikutip Kompas.com, Senin (7/10/2019).
Institusi kepolisian sendiri sebenarnya tidak menghendaki ada anggotanya yang arogan. Bahkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sejak dilantik mencanangkan program Presisi atau Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi Berkeadilan merupakan program yang digaungkan Kapolri.
Sejak dulu Polri berusaha mengembangkan paradigma baru yang berorientasi kepada pemecahan masalah-masalah masyarakat (problem solver oriented), dengan berbasis pada potensi-potensi sumber daya lokal dan kedekatan dengan masyarakat yang lebih manusiawi (humanistic approach).
Dengan paradigma baru ini diharapkan lahirnya polisi sipil yang humanis, terutama di jajaran Polda Metro Jaya.
Seperti dikatakan Sir Robert Mark, di era modern senjata polisi bukan lagi water canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat. Terciptanya simpati masyarakat ini hanya bisa diraih dari keberadaan polisi yang humanis di berbagai lini kehidupan sosial masyarakat.
Bagaimana polisi humanis bisa lahir? Tiada cara lain selain jajaran kepolisian harus terus menerus hadir, hidup, dan merasakan denyut nadi kehidupan masyarakatnya.
Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi makin bisa bersama-sama dengan masyarakat mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah sosial, terutama masalah keamanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi akan bisa senantiasa berupaya untuk mengurangi rasa ketakutan masyarakat terhadap akan adanya gangguan kriminalitas.
Di Jepang, polisi benar-benar dianggap sebagai sahabat sejati masyarakat. Sikap-sikap humanis yang diterapkan jajaran kepolisian membuat masyarakat cenderung mematuhi perintah seorang anggota polisi. Akibatnya, bagi masyarakat Jepang ditangkap oleh polisi adalah pengalaman yang memalukan.
Jarang sekali dari mereka yang tertangkap oleh polisi benar-benar dihukum. Sebab, polisi Jepang lebih bersikap sebagai juru rawat yang senantiasa mengayomi dan membimbing masyarakatnya.
Polisi Jepang sendiri kerap melakukan kunjungan rutin ke rumah-rumah masyarakat yang berada di wilayah binaannya. Selain bersilaturahmi, para polisi itu juga menanyakan aktivitas pemilik rumah yang dikunjunginya. Interaksi yang humanis inilah yang menanamkan nilai-nilai persahabatan antara masyarakat dan polisi.
Hadirnya polisi sipil yang humanis memang merupakan tuntutan zaman, jika aparat kepolisian tidak mau tertinggal dan tergilas zaman. Sebab polisi sipil yang humanis adalah salah satu dari cita-cita paradigma baru Polri. Sampai hari ini, masyarakat masih menunggu. hw