Seide.id – Tak perlu cemas. Selama masih menyusui, normal kok jika si ‘tamu’ baru datang 3 bulan atau malah 4-6 bulan kemudian.
Usai melahirkan umumnya ibu mengeluhkan siklus menstruasinya yang jadi kacau meski semula teratur. Untuk ibu yang melahirkan secara normal, keteraturan haid lebih cepat terjadi.
Pasalnya, saat terbentuk kehamilan, akan terjadi perubahan hormonal dalam diri si calon ibu. Tepatnya terjadi peningkatan hormon estrogen, progesteron, hCG/human Chorionic Gonadotrophin yang memang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan.
Ketidakseimbangan hormonal ini juga terjadi pascapersalinan. Yakni meningkatnya hormon prolaktin dan oksitosin yang berkaitan dengan aktivitas menyusui. Itu sebabnya ibu yang menyusui bayinya relatif lebih lama mestruasinya kembali datang dibanding yang tidak menyusui.
Kadar prolaktin yang tinggi akan menekan aktivitas indung telur dalam mengurangi tingkat kepekaan ovarium/indung telur terhadap hormon pengatur kesuburan. Selain menghambat pematangan folikel sekaligus menekan pengeluaran hormon kesuburan dari hipofisis hingga tak pernah terjadi ovulasi. Nah, dengan tidak terjadinya ovulasi, sang tamu bulanan pun tak kunjung datang. Jadi lumrah sekali bila ibu menyusui tidak haid selama 2-18 bulan setelah melahirkan.
Takut Hamil
Sementara ibu yang tidak menyusui, begitu selesai masa nifas biasanya sudah akan terjadi ovulasi kembali yang jika tidak terjadi kehamilan akan segera diikuti dengan menstruasi. Sayangnya, tidak datangnya haid telanjur diidentikkan dengan kehamilan.
Tak heran kalau sampai lewat masa nifas bahkan lebih dari 3 bulan si tamu bulanan tak kunjung datang, ibu pun lantas gelisah, khawatir kalau-kalau dirinya hamil lagi. Terlebih jika sejak awal mereka tak ingin hamil dalam waktu dekat.
Keterlambatan menstruasi usai bersalin, memang perlu ditelusuri penyebabnya. Apakah terjadi gangguan hormonal seperti pada umumnya. Atau malah patut dicurigai ada kista pada indung telur, endometriosis, atau malah terjadi perlekatan rongga rahim akibat adanya radang pada selaput lender di rongga rahim.
Yang harus digarisbawahi, rasa khawatir yang berlebih justru bisa membuat kerja bagian otak yang mengatur soal menstruasi jadi kian kacau. Stres berat akan mempengaruhi kerja hipotalamus terhadap hipofisis ovarium yang selanjutnya akan memunculkan gangguan hormon. Yang bersangkutan akan mengalami kekurangan hormon progesteron yang pada kondisi normal justru diperlukan bagi terjadinya siklus menstruasi.(Puspa)