Menciptakan Generasi Unggul

Seide.id – Februari lalu saya diundang ikut acara peluncuran buku Masa Depan Anak Indonesia Terganggu Susu Kental Manis. Kesempatan buat saya untuk menimpalinya, dengan membahas ringkas, karena waktu terbatas, usulan gagasan bagaimana membangun Generasi Unggul.

Pikir saya, kuncinya ada di tangan ibu. Bagaimana meja makan ibu ditata. Bagaimana cerdas ibu membesarkan anak. Susu kental manis menyesatkan banyak ibu di Indonesia karena menerimanya sebagai susu pengganti susu formula. Padahal itu susu full cream yang kecil saja kadar susunya tidak sebesar susu formula, dengan kandungan gula tinggi. Sangat kurang untuk bayi kurang setahun, tidak memadai pula untuk bayi yang sudah disapih.

Bayi butuh protein minimal 3 Gram/Kg berat badan. Sejak lahir diperoleh dari susu ibu. Maka ASI Eksklusif perlu terus dikampanyekan. Kenyataan, kampanye susu formula masih menyerbu RS. Ratifikasi WHO, bayi baru lahir tidak boleh diperkenalkan susu formula supaya mau memilih ASI. Bayi baru lahir tidak langsung dimandikan sebagai lazimnya, melainkan menemplok di dada ini, merasakan kulit dan mendengar degup jantung ibu, Ini bagian dari Inisiasi ASI, supaya bayi sudah akrab dengan ibu, sehingga mudah menerima ASI.

Balita dengan berat ideal 18 Kg butuh 18×3 Gram protein atau 54 Gram protein/hari. Ini setara dengan kecukupan protein orang dewasa yang berat 54 Kg, karena orang dewasa cukup 1 Gram protein/Kg berat badan. Jadi keliru kalau bayi dikasih ceker ayam, ayahnya makan paha ayam. Bayi justru butuh daging paha ayah, bukan ceker yang miskin proteinnya.

Bayi dan anak yang ibunya mengandalkan susu kental manis, bernasib tidak bertumbukembang unggul. Karena menyesatkan, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) kumpulan orang-orang bersemangat pahlawan yang hendak membela anak-anak Indonesia, mengajukan usul untuk menghapus kata Susu dari Susu Kental Manis, supaya tidak mengecoh konsumen kalau ini betul susu yang sesuai dengan kecukupan yang anak butuhkan, dan ternyata berhasil disebut Kental Manis saja.

Tujuannya supaya ibu tidak mengandalkan lagi Kental Manis untuk bisa mengharapkan akan tercipta anak yang unggul, tidak kurang gizi, atau tenges (stunting).

Anak tenges selain pertumbuhan fisiknya kontet, otaknya pun kurang optimal. Bagaimana anak-anak ini mampu mewakili generasi unggul bangsa bersaing dengan sepantarannya di dunia.

Perlu banyak upaya untuk bukan saja membagikan informasi dan pengetahuan hasil studi yang komprehensif YAICI sebagaimana termuat dalam buku, terlebih bagaimana mengubah persepsi dan pola pikir ibu dalam memberi makan anak-anaknya.

Saya berpikir, sebagaimana tiga pembicara lain, Kang Maman dan sejawat dokter DR Tria Astika, Dr Chairuniisa, Dr Erna yang menyampaikan ulasannya, Kental Manis bukan bagian dari tumbuh-kembang dari anak yang unggul.

Semua yang berbicara sepakat, menaruh harapan negara perlu hadir. Menteri Peranan Wanita paling terkait dengan upaya membela anak-anak Indonesia agar menjadi Generasi Unggul, melihat peran ibu amat strategis untuk memperbaiki nasib anak-anak Indonesia. Peran ibu menentukan nasib generasi, jangan sampai menjadi Generasi Kerupuk.

Salam Generasi Unggul,
Dr HANDRAWAN NADESUL

Semua Terjadi Sebab Pendidikan