Seide.id -Setelah Debat Capres yang telah diselenggarakan oleh KPU, dalam menghadirkan sosok-sosok calon Kepala negara, sebagai figur sentral dalam suatu pemerintahan, yang nantinya memiliki peran utama dalam membimbing negara menuju kemajuan dan kesejahteraan. Yaitu menghadirkan Paslon Anies–Muhaimin, Prabowo–Gibran dan Ganjar–Mahfud dalam forum debat Capres. Sosok-sosok ideal calon kepala negara yang tidak hanya mencerminkan kebijaksanaan politik, tetapi juga menuntut adanya integritas pribadi, kepemimpinan yang kuat, dan kemampuan untuk secara emosional yang dapat menginspirasi masyarakat.
Untuk memperdalam bagaimana gambaran sosok ideal, dapat dilihat karakteristiknya yang perlu diperhatikan dalam memilih calon Kepala Negara dan Wakilnya, sebagai Pemimpin masa depan adalah sebagai berikut,
Sosok Paslon Kepala Negara Yang Ideal untuk dipilih
Seorang kepala negara ideal bukan hanya seorang pengambil keputusan, melainkan juga mempu sebagai pendengar yang beragam masalah. Kepemimpinan adil dan inklusif tentu harus memiliki kemampuan untuk merangkul keberagaman dalam pengambilan keputusan, memberikan hak setiap warga negara untuk berbicara, dan menjamin perlakuan yang adil bagi semua lapisan masyarakat. Pemimpin yang memahami dan menghargai keragaman ini akan menciptakan iklim harmoni dan persatuan yang lebih mendalam di dalam negara.
Memiliki Integritas dan Etika Tinggi.
Integritas kepribadian Kepala Negara adalah pondasi yang tidak bisa diganggu gugat yang harus dimiliki oleh kepala negara ideal. Yaitu pemimpin yang memiliki etika politik yang tinggi untuk membangun dan memperkuat kepercayaan masyarakat serta mengukuhkan arah kepada dasar-dasar kehidupan berdemokrasi. Kejujuran, ketulusan, dan transparansi dalam setiap tindakan dan kebijakannya menjadi ciri-ciri kunci yang harus dimiliki oleh seorang kepala negara yang dihormati.
Visi Jangka Panjang dan Kemampuan Strategis.
Seorang kepala negara yang efektif bukan hanya berfokus pada solusi untuk masalah saat ini, tetapi juga harus memiliki visi jangka panjang untuk mewujudkan arah kemajuan negara. Kemampuan dalam merencanakan strategi jangka panjang, menghadapi berbagai aspek tantangan masa depan, serta kemampuan dalam mengidentifikasi peluang untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi landasan penting seorang kepala negara. Memiliki kemampuan dalam melihat masa depan dengan pandangan yang luas dan komprehensif.
Responsif Terhadap Kebutuhan Masyarakat.
Kepala negara ideal bukan hanya seorang pemimpin yang bisa berbicara didepan umum, tetapi juga yang mendengarkan dengan penuh perhatian dan kepedulian setiap suara masyarakat. Keterlibatan kepala negara secara langsung terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat, keterbukaan terhadap umpan balik, dan sikap responsif terhadap kebutuhan masyarakat merupakan aspek penting dari kepemimpinan yang efektif.
Kepala negara adalah seorang pemimpin yang terhubung kuat secara emosional dengan rakyatnya akan dapat lebih baik dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi oleh masyarakatnya.
Sifat Kepemimpinan Global yang Bertanggung Jawab.
Dalam era globalisasi, kepala negara tentu saja tidak hanya bertanggung jawab pada tingkat nasional tetapi juga harus memainkan peran penting dalam skala internasional. Pemimpin yang ideal tentu saja harus bersedia untuk bekerja sama dengan negara-negara lain, sebagai bagian daripada anggota negara sedunia untuk mampu bekerjasama dan menanggulangi masalah global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan konflik internasional.
Kepala negara yang juga mampu memimpin dengan membawa kontribusi positif pada tingkat global, tentu saja akan meningkatkan citra dan pengaruhnya terhadap negara secara emosional.
Memiliki Ketangguhan dalam Menghadapi Krisis.
Keberanian dan ketangguhan seorang kepala negara akan menjadi lebih berarti ketika menghadapi krisis. Seorang figur pemimpin yang dapat dengan tetap tenang, dalam mengambil tindakan tegas dan taktis pada saat situasi sulit, akan membuktikan kemampuan kepemimpinannya.
Kemampuan dirinya untuk memobilisasi seluruh sumber daya dan menjadi pedoman untuk memandu negara agar dapat melalui masa-masa sulit bukan hanya merupakan ekspresi kekuatan politik, tetapi juga kematangan emosional yang memberikan keyakinan kepada masyarakat.
Dengan menggabungkan dan memperdalam semua elemen ini, sosok ideal seorang kepala negara bukan hanya menjadi pemimpin politik, tetapi juga adalah figur emosional yang dapat menginspirasi, serta membimbing, dan mendukung masyarakat dalam perjalanan bersama menuju masa depan yang lebih baik. Kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan dimensi emosional, dengan tetap menjaga keseimbangan antara ketegasan dan kepekaan, adalah kunci untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan memuaskan hati masyarakat.
Kepribadian buruk sebagai ancaman pada kesehatan Demokrasi
Dalam suatu proses demokrasi, pemilihan kepala negara merupakan pilar utama dalam menentukan arah dan masa depan sebuah negara. Namun, terdapat beberapa kepribadian buruk yang seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemilih, karena dapat merugikan kesejahteraan negara dan mengancam fondasi demokrasi itu sendiri.
Ketidakstabilan Emosional dan Ketidakmampuan Mengelola Krisis.
Kepemimpinan memerlukan ketenangan dan kestabilan emosional, terutama dalam menghadapi krisis. Seorang calon kepala negara yang sedemikian mudah terpancing oleh emosi, jelas sangat sulit dalam mengendalikan impuls, dan dipastikan tidak akan mampu mengelola tekanan, sehingga dapat membawa risiko serius terhadap stabilitas dan keamanan nasional.
Kepemimpinan otoriter yang tidak responsif.
Kepribadian otoriter calon kepala negara, tentu saja dapat merusak esensi demokrasi yang berlandaskan partisipasi dan perwakilan rakyat. Jika seorang pemimpin cenderung menutup dirinya terhadap umpan balik masyarakat, serta tidak ada merespons kebutuhan rakyat, jelas akan memaksakan kehendaknya sendiri dalam setiap aspek kebijakan politik, dipastikan dapat menghancurkan semangat dalam berdemokrasi dan melahirkan ketegangan dimana-mana antara warga negara.
Indikasi pada kebrutalan serta kekerasan.
Calon kepala negara yang menunjukkan ciri-ciri kebrutalan dan kekerasan dalam perilaku dan retorikanya, akan sangat membawa risiko besar bagi stabilitas dan perdamaian dalam sebuah negara. Karena kepribadian tersebut akan mendukung kepada segala tindakan represif, penggunaan kekuatan yang berlebihan, dan tidak menghormati hak asasi manusia, jelas dapat membahayakan keberlanjutan demokrasi dan meningkatkan risiko konflik internal.
Kecenderungan tidak menghormati Hak Asasi Manusia.
Seorang kepala negara tentu harus berkomitmen kuat untuk menghormati hak asasi manusia, dan sosok kepribadian yang tidak mendukung kepada nilai-nilai ini, jelas dapat menjadi ancaman sangat serius terhadap proses demokrasi. Dikarenakan akan muncul kebijakan yang diskriminasi, penindasan terhadap kelompok minoritas, hingga pembatasan kebebasan sipil, dan tentunya menciptakan lingkungan yang sangat tidak kondusif untuk perkembangan demokrasi yang sehat.
Kurang Keterbukaan Terhadap Kritik dan Perspektif Berbeda.
Seorang kepala negara yang ideal, tentu saja harus mampu menerima berbagai kritik konstruktif serta membuka diri terhadap berbagai perspektif. Namun, seorang kepala negara yang memiliki kecenderungan menolak terhadap kritik, bahkan mengabaikan suara oposisi, tentu saja akan menciptakan lingkungan yang tidak toleran terhadap perbedaan pendapat, jelas merusak ruang-ruang demokratis untuk dialog dan perdebatan.
Jejak koruptif dan manipulatif.
Tindakan korupsi, manipulasi, dan ketidakjujuran, jelas akan menciptakan dasar yang rapuh untuk pemerintahan yang adil dan berkeadilan. Adalah sosok yang tidak memiliki integritas akan sulit mendapat dukungan masyarakat dan membangun kepercayaan yang diperlukan untuk memimpin dengan efektif.
Dalam memilih calon kepala negara, masyarakat harus memperhatikan tidak hanya platform politik, tetapi juga melihat kepribadian calon tersebut. Menghindari terpilihnya pemimpin dengan kepribadian buruk adalah langkah krusial untuk melindungi fondasi demokrasi dan memastikan kelangsungan kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi yang sadar dan berpendidikan dalam proses pemilihan adalah kunci untuk mencegah pemilihan kepala negara yang dapat membahayakan masa depan demokrasi suatu negara. Dan dalam hal ini Partai Perindo bersama partai koalisi, tentu saja setelah mendengar segala pendapat yang muncul dalam masyarakat. Telah memilih calon terbaik dari seluruh calon terbaik yang ada, untuk menjadi pemimpin terdepan dalam mewujudkan seorang pemimpin yang pantas dipilih guna mencapai Indonesia Emas 2045, yaitu pasangan calon Ganjar Pranowo – Mahfud MD mengajak untuk dipilih, pada saat pencoblosan tanggal 14 February 2024.
Yang akan menjadi penentu terbaik untuk negara dan bangsa Indonesia pada saat keuntungan demografi Indonesia yaitu ketika kelompok muda menjadi bagian terbesar dari perjuangan negara dan bangsa Indonesia. Dan sosok pemimpin menjadi tokoh sentral arah perjuangan bangsa Indonesia.
Penulis: Jeannie Latumahina.
Ketua Umum Relawan Perempuan dan Anak (RPA) Perindo