Seide.id – Spekulasi, untung-untungan, dan mengadu nasib itu hal biasa yang dilakukan oleh banyak orang. Ketika mereka ingin perbaiki keadaan agar hidup makin membaik, dan mapan.
Sesungguhnya, spekulasi itu baik, jika didukung oleh data dan analisa yang cermat agar kita tidak salah langkah, sehingga kejeblos, rugi, dan menyesal.
Untung-untungan itu tidak berbeda jauh dengan spekulasi. Untung-untungan, ketika kita tidak percaya diri. Sehingga tidak mampu berpikir jernih, tidak mempunyai pilihan lain, dan bergantung pada ‘luck’. Nasib baik. Semoga rezeki.
Begitu pula dengan mengadu nasib. Sesungguhnya nasib yang seperti apa yang hendak diadu dan kita pertaruhkan itu?
Faktanya, banyak di antara kita yang senang pertaruhkan hidupnya dengan mengadu nasib. Misalnya, dengan berjudi. Mereka ingin cepat kaya, tanpa harus bekerja keras. Mereka jadi malas, karena dibius mimpi yang menyesatkan. Ketika mimpi itu tidak menjadi kenyataan, mereka didera penyesalan, derita, dan putus asa. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang mengambil jalan pendek dan berakhir tragis.
“Sesungguhnya, adakah orang yang bermain judi itu menjadi kaya raya dan hidup tentram?”
Hidup dengan mengadu nasib itu tidak tepat. Karena sesungguhnya, nasib itu ditentukan oleh kita sendiri dan Allah yang merestui.
Hidup ini tidak untuk spekulasi atau untung-untungan, tapi merupakan ketetapan Allah.
Ketika kita ingin memperbaiki nasib itu memiliki makna yang lebih ‘pas’ dan elegan dibandingkan dengan mengadu nasib.
Ketika kita merantau ke kota besar, itu tidak untuk mengadu nasib. Tapi kita ingin memperbaiki keadaan hidup ini agar makin membaik dan mapan.
Modalnya adalah kita mau bekerja. Untuk berjuang pantang menyerah dan bertekun dalam doa agar Allah mewujudkan harapan dan mimpi kita.
Mas Redjo /Red-Joss