Siapa bilang, rumput tetangga lebih hijau dan segar daripada rumput sendiri?
Itu pertanyaan dan anggapan konyol dari pribadi yang tidak miliki rasa bersyukur. Tidak seharusnya membandingkan milik kita dengan milik orang lain. Apalagi untuk hal atau tujuan yang negatif, jelek, dan kontra produktif seperti itu.
Berbeda masalahnya, jika kita membandingkan hal yang positif dan baik untuk memacu semangat kita agar produktif dan hidup makin lebih baik lagi.
Dengan membandingkan istri kita dengan perempuan lain, (maaf!) berarti kita telah melakukan zinah rohani. Hal yang mesti diwaspadai, dan segera dibuang jauh agar kita tidak jatuh ke dalam yang jahat: berselingkuh! Dan hubungan dalam keluarga pun jadi keruh.
Mawas diri! Ya, seharusnya kita selalu ingatkan sikap mawas diri agar kita tidak melakukan kesalahan dalam kata dan tindakkan. Sehingga mengingkari hati nurani dan menyakiti orang lain. Apalagi, istri yang kita sayangi, dan ibu dari anak-anak yang kita cintai.
Berselingkuh, keinginan selingkuh itu muncul, karena sifat kita yang egoistis dan mau menang sendiri!
Jangan kaget, melotot, atau marah seperti itu. Coba berpikir jernih dan hati tenang. Mengapa kita mau selingkuh?
Jangan bilang, karena istri yang memulai lebih dulu. Sering diantar teman sekantor, dan hubungan mereka tampak mesra sekali. Apakah hal itu sudah ditanyakan langsung, alasan sering diantar pulang, dan seterusnya…?
Jangan berasumsi dan menduga-duga tanpa dasar. Menuduh tanpa bukti yang kuat itu fitnah. Mengapa harus marah?
Bisa jadi kita dibakar api cemburu, sehingga gelap mata, emosi, dan menghakimi.
Sekiranya istri tidak ingin diantar pulang oleh teman sekantor, ya, lebih baik dijemput sendiri. Kita sediakan waktu, atau istri diberi ongkos lebih besar untuk naik taksi.
Maaf…! Atau bisa jadi kita yang mulai bosan dengan istri sendiri? Karena istri yang mulai menua, gemuk, dan tidak menarik lagi?
Maaf…! Bisa jadi pula, kita digosok-gosok atau diajak taruhan oleh teman untuk menggaet gadis muda dari kantor sebelah? Hati kita jadi panas dan penasaran untuk unjuk kebolehan?
Nah, sudahlah! Sifat egoistis dan mau menang sendiri itu seharusnya kita buang jauh. Karena rugikan diri sendiri dan menjauhkan kita dari sesama, teristimewa dengan keluarga sendiri.
Apapun masalahnya dan adapun hal yang kurang dipahami, lebih bijak dibicarakan bersama agar kita temukan titik temu. Sehingga semua jadi jelas dan benderang.
Resep membangun keluarga bahagia adalah keterbukaan hati untuk saling mengisi dan saling memahami satu dengan yang lain.
Keterbukaan hati untuk berubah jadi pribadi yang lebih baik demi keluarga yang kita sayangi.
(Mas Redjo)