Mengenal Klenteng Sam Po Kong

Seide.id – Semarang merupakan pusat kota provinsi Jawa Tengah yang memiliki tinggalan bangunan bersejarah lintas zaman.

Bangunan bersejarah atau yang bisa masuk kategori bangunan cagar budaya di Semarang seperti Candi Gedong Songo, Lawang Sewu, Klenteng Sam Po Kong dsb.

Pada tulisan ini akan fokus membahas terkait bangunan Klenteng Sam Po Kong yang dimana pendirinya yakni pelaut Tionghoa bernama Laksamana Cheng Ho.

M. Yusuf menyebut jika sebelum Christophus Columbus berlayar ke Amerika pada tahun 1942, Laksamana Cheng Ho seorang pelaut Tionghoa sudah berlayar menjelajah dunia terlebih dahulu.

Pelayaran Cheng Ho sudah dimulai 87 tahun lebih awal dari Columbus.

Selain itu, pelayaran Cheng Ho lebih dulu dibanding pelaut Vasco Da Gama yang berlayar dari Portugis menuju India pada tahun 1497.

Cheng Ho berhasil melakukan petualangan lintas benua dalam kurun waktu 28 tahun (1405 – 1433) sebanyak 7 kali berturut-turut mengarungi lautan dengan jarak tempuh 50.000 km.

Daerah Nusantara yang Dilalui Cheng Ho

Pada pelayaran pertama, Cheng Ho berhasil tiba di beberapa daerah di nusantara seperti: Aceh, Palembang, dan pulau Bangka.

Pada pelayaran kedua, daerah yang disinggahi Cheng Ho, antara lain Pantai Utara Jawa (meliputi Pelabuhan Bintang Mas di Tanjung Priok, Karawang, Muara Jati di Cirebon, Simongan di Semarang, Tuban, Surabaya dan Mojokerto.

Jejak Historis Cheng Ho di Semarang

Pada pertengahan pertama abad ke-15, Kaisar Zhu dari Dinasti Ming Tiongkok mengutus suatu armada raksasa untuk mengadakan kunjungan muhibah ke laut selatan.

Armada tersebut dipimpin oleh laksamana Cheng Ho (Sam Po Kong) dibantu oleh Wang Jinghong (Ong King Hong) sebagai orang

kedua.

M. Yusuf menyebut jika sesampainya di Simongan, Wang merasa betah hingga akhirnya menikah dengan perempuan di daerah tersebut.

Sebagai tanda terima kasih kepada Cheng Ho, Wang mendirikan patung Cheng Ho di gua Simongan.

Hal tersebutlah yang menjadi awal legenda patung Sam Po Kong yang kemudian menjadi asal muasal Kelenteng Sam Po Kong Semarang.

Wang, oleh masyarakat Semarang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang.

Sedangkan untuk Cheng Ho mereka memberikan gelar Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Dikisahkan jika Wang meninggal dunia dalam usia 87 tahun dan jenazahnya dikuburkan secara Islam.

Berkat jasanya, Wang diberi julukan sebagai kiai juru mudi Dampo Awang.

Makam kiai juru mudi Dampo Awang kemudian menjadi salah satu lahan tersendiri dalam Klenteng Sam Po Kong.

Sejak saat itu pada tanggal 1 dan 15 tiap bulan Imlek, warga setempat berbondong-bondong datang untuk menyembah patung Sam Po Kong di gua Sam Po dan sekaligus berziarah ke makam kiai juru mudi Dampo Awang.

Dalam rangka memperingati  sepeninggalnya Cheng Ho, dibangun klenteng Sam Po Kong.

Pada awalnya klenteng tersebut hanya terdapat patung Cheng Ho saja.

Pada tahun 1704, gua tersebut runtuh akibat hujan yang disertai badai.

Peristiwa itu menyebabkan sepasang pengantin tewas tertimbun ketika sedang melakukan ritual pemujaan di tempat tersebut.

Kemudian, gua yang runtuh itu digali dan dipulihkan keadaannya seperti semula.

Klenteng Sam Po Kong dipugar oleh masyarakat Tionghoa setempat pada tahun 1724.

Oleh: Khoirunnis Salamah