Seide.id– Sosok R.M.P Sosrokartono barangkali tidak begitu familiar di kalangan masyarakat luas mengingat adik beliau merupakan sosok yang digandrungi spirit perjuangannya oleh para perempuan negeri ini.
Ya, beliau merupakan kakak kandung dari R.A Kartini, pahlawan pejuang emansipasi wanita yang sangat mahsyur namanya karena hari lahirnya senantiasa diperingati setiap tahunnya.
Tidak banyak yang mengenal atau bahkan mengerti bagaimana rekam jejak R.M.P Sosrokartono sepanjang hidupnya karena memang tidak banyak buku sejarah yang menuliskan tentang sosoknya.
Siapakah sebenarnya R.M.P Sosrokartono?
Raden Mas Panji Sosrokartono merupakan kakak kandung dari R.A Kartini yang menjadi sumber inspirasi dalam perjuangannya terkait hak pendidikan bagi kaum perempuan.
Ayah beliau yakni R.M Ario Sosroningrat, bupati Jepara pada masanya.
R.M.P Sosrokartono merupakan sosok yang sangat pandai, beliau merupakan poliglot 36 bahasa, 26 bahasa asing dan 10 bahasa lokal.
Selain itu, beliau juga merupakan seorang wartawan perang tepatnya pada saat Perang Dunia Pertama. Hal yang menarik dari beliau yaitu beliau merupakan seorang sufi atau ahli kebatinan Jawa, beliau pernah menjadi guru spiritual dari presiden pertama negeri ini yakni Ir. Soekarno
Bagaimana latar belakang pendidikan R.M.P Sosrokartono?
R.M.P Sosrokartono usai tamat dari “Europeesche Lagere School” di Jepara, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang.
Pada tahun 1898, Sosrokartono meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda dengan masuk di Sekolah Teknik Tinggi Leiden.
Beliau merasa tidak cocok dengan bidang studi yang dipilihnya sehingga beliau pun memilih pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur sehingga lulus dengan menggenggam gelar “Doctorandus in de Oostersche Talen” dari Perguruan Tinggi Leiden.
Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutan berikutnya disusul oleh putra-putra Indonesia lainnya.
Bagaimana jejak R.M.P Sosrokartono selama menjadi wartawan Perang Dunia Pertama?
Mengutip apa yang ditulis oleh Hery H. Winarno dalam tulisannya yang berjudul “Kisah Sosrokartono, orang Indonesia paling jenius”, dikatakan bahwa kiprah R.M.P Sosrokartono dalam dunia jurnalistik dimulai dengan menjadi wartawan di harian “New York Herald Tribune” di Wina, Austria pada tahun 1917.
Adapun buku yang menjelaskan lebih lanjut perihal rekam jejak Sosrokartono selama menjadi wartawan Perang Dunia Pertama yakni buku yang berjudul “Memoir” tulisan dari Drs. Moh Hatta.
Pada buku tersebut dituliskan bahwa Sosrokartono memperoleh gaji sebesar USD 1250.
Bahkan guna memudahkan pergerakannya selama Perang Dunia I, beliau diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat.
Sosrokartono merupakan seorang wartawan pertama di Indonesia yang bisa memotret kawah Gunung Kawi dari atas udara, tanpa menggunakan pesawat terbang.
Dalam sejarah dunia, perundingan damai Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, Prancis.
Ketika banyak wartawan yang mencium adanya ‘perundingan perdamaian rahasia’ masih sibuk mencari informasi, New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan perdamaian rahasia di hutan Champaigne, Prancis Selatan yang menggemparkan Amerika dan Eropa. Penulisnya ‘anonim’, hanya menggunakan kode pengenal ‘Bintang Tiga’.
Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang R.M.P. Sosrokartono.
Dalam buku ‘Memoir’ juga ditulis bahwa R.M.P. Sosrokartono yang menguasai bahasa Basque serta menjadi penerjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque menjelang akhir Perang Dunia I, yang pada saat itu diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.
Suku Basque merupakan salah satu suku yang hidup di Spanyol.
Pihak-pihak yang berunding naik kereta api dan berhenti di hutan Compaigne di Prancis Selatan.
Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan yang resmi berlangsung.
Penulis: Khoirunnis Salamah