Seide.id – N.J Kromm mengatakan bahwa pada sebuah candi terdapat ragam hias arsitektural dan ragam hias ornamental.
Apa itu ragam hias arsitektural dan ornamental?
Ragam hias arsitektural merupakan ragam hias yang selalu dijumpai pada bangunan candi. Apabila ditiadakan akan sangat mempengaruhi keseimbangan arsitektur candi, misalnya bingkai, stupa, relung, dan sebagainya.
Ragam hias ornamental merupakan ragam hias yang benar-benar merupakan hiasan dan apabila ditiadakan tidak akan mempengaruhi keseimbangan arsitektur, misalnya: antefiks, pilaster, dan relief.
Relief sendiri merupakan bagian candi yang sangat popular di kalangan sejarawan karena sering dijadikan sebagai objek penelitian.
Apa itu relief?
Menurut Ayatrohaedi, relief merupakan salah satu ragam hias ornamental pada bangunan candi.
Secara sederhana pengertian relief yaitu peninggian, dalam arti kedudukannya lebih tinggi dari latar belakangnya.
Relief senantiasa mempunyai latar belakang,
karena peninggian-peninggian tersebut diletakkan di atas suatu dataran.
Relief hanya dapat diamati dari satu sisi yaitu dari depan, seperti halnya seperti lukisan,
relief hanya berdimensi dua.
Sedangkan menurut definisi dalam ilmu arkeologi, relief adalah gambaran dalam bentuk ukiran yang dipahat.
Relief dalam suatu candi biasanya mengandung suatu arti atau melukiskan suatu peristiwa atau cerita tertentu.
Penggolongan Relief
Relief candi pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu Relief Cerita (Naratif) dan Relief non-Cerita.
Mengutip dari buku “Ragam Hias Candi-Candi Di Jawa” tulisan T.M Rita Istari dijelaskan bahwa Relief Naratif bertujuan untuk memvisualisasikan suatu bentuk cerita yang menggambarkan cerita keagamaan atau cerita yang bersifat pendidikan moral, cerita dipahatkan dalam panil-panil yang berada di dinding luar bangunan candi, menyambung dari panil ke panil berikutnya secara horizontal.
Cerita-cerita dalam panil tersebut dapat dibaca searah jarum jam (pradaksina) atau berlawanan arah jarum jam (prasawya).
Sedangkan Relief Non Naratif antara lain Ragam hias Geometris, Ragam hias Flora dan Ragam hias Fauna.
Toekio dalam bukunya “Mengenal Ragam Hias Indonesia” menambahkan informasi tentang ragam hias flora bahwa ragam hias dengan motif tumbuh-tumbuhan diterapkan secara luas sebagai ornamen yang dipahatkan pada bangunan candi.
Sumber pokok ragam hias ini berasal dari jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
1 Bentuk naturalis yang merupakan bentuk asal tumbuh-tumbuhan dan tidak mengalami perubahan.
2 Bentuk stilasi tumbuh-tumbuhan yang merupakan bentuk asal lalu diubah bentuknya sesuai dengan keinginan pembuatnya, bahkan dikombinasikan dengan bentuk ragam hias geometris, binatang dan manusia.
Ragam hias tumbuh-tumbuhan selanjutnya berkembang dengan banyak variasi antara lain:
- Sulur lengkung dan sulur gelung yaitu sulur tumbuhan yang melingkar dan saling berhubungan.
Sulur sendiri berarti tumbuhan yang menjalar atau melingkar-lingkar. - Purnakalasa dan Purnaghata yaitu bunga teratai yang keluar dari jambangan (Sanskerta: Kumbha) sabagai lambang kebahagiaan dan keberuntungan.
Bunga teratai umum dipakai dalam candi-candi peninggalan Budha yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yaitu:
- Teratai dengan ukuran besar, kelopak bunganya menguncup, terletak di atasair dan berwarna merah disebut Padma.
- Teratai berukuran tidak besar, kelopak bunganya digambarkan setengah terbuka, melengkung ke bawah, daun tidak bergelombang dan berwarna biru dinamakan Utpala.
- Teratai dengan kelopak bunganya lebar, mengapung di atas air, mahkota bunga runcing,daun tidak bergelombang dan berwarna putih disebut Kumuda.
Oleh : Khoirunnis Salamah
Mengenal R.M.P Sosrokartono: Si Jenius Dari Timur. Kakak R.A. Kartini