Seide.id – Opini lingkungan yang positif mengenai peran ayah diyakini akan menjadi dorongan kuat bagi para ayah. “Oh ternyata kehadiranku selalu dirindukan anak-nak ya.” Atau, “kalau pendidikan dan pengasuhan anak hanya dilakukan ibu, berarti belum lengkap dong apa yang didapat anakku.”
Selanjutnya, jika kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga sudah tertanam, tak perlu lagi ada gembar-gembor untuk meminta ayah belajar mengerjakan tugas-tugas seputar pengasuhan dan perawatan anak. Di antaranya memandikan, menceboki, menyiapkan dan memberi makan ataupun mengajak anak main
Pengkotak-kotakan Peran
Sayangnya, selain sikap kurang ekspresif, tanpa sadar peran ayah pun dibentuk di bangku sekolah. Tanpa disadari wawasan anak dipersempit dengan adanya pengkotak-kotakan peran berdasarkan gender. Contohnya, dari dulu sampai sekarang selalu ada saja kan materi pelajaran “Ibu memasak di … (dapur) dan ayah pergi … (ke kantor).”
Masalahnya, bagaimana mengupayakan agar lingkungan mau seia-sekata menyuarakan pentingnya peran ayah dalam keluarga dan di mata anak. Tak ada cara lain kecuali sering-seringlah melibatkan ayah. Dengan membaca informasi yang mendudkung ke arah itu ataupun langsung “menceburkan” si ayah secara langsung dalam urusan anak.
Terjun Langsung
Jika ayah bisa memahami perannya sangat berarti dan sangat dibutuhkan dalam keluarga, tentu ibu pun tak boleh tinggal diam. Inilah kesempatan bagi istri untuk menyodorkan hal lain yang lebih luhur lagi. Yakni makna dan filosofi peran ayah. Mengingat pengalaman ayah di dunia kerja dan pergaulan di luar rumah jauh lebih banyak dari ibu. Kalau ayah mau bersama-sama terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak, pastilah anak pun akan tumbuh dengan wawasan lebih luas.
Dengan demikian para ayah di Indonesia diharapkan akan lebih percaya diri menunjukkan kesediaannya terjun lansung melakukan segala hal dalam dan bagi keluarganya. Tak ada lagi perasaan canggung manakala harus terjun ke urusan domestik, seperti mencuci popok, memasak nasi tim pendamping ASI bagi bayinya. Ataupun menata rumah agar apik dan nyaman.
Tentu saja memantapkan peran ayah bukan melulu tugas ibu. Melainkan tugas segenap anggota masyarakat. Termasuk media massa. Media jangan hanya mengekspos keterlibatan ibu dengan anaknya dan menekankan betapa berharganya wanita dalam keluarga. Idealnya, samakan saja porsi informasi atau pengulasan mengenai kaum ibu dan ayah dalam keluarga.
(Puspa) – nakita