Sejak penampilannya di Balai Sidang Senayan Jakarta Januari 1979, lewat pergelaran yang bertajuk Pergelaran Karya Cipta Guruh Soekarno Putra yang menelan biaya Rp 53 juta namanya terus melesat dan pertunjukan tari-nyanyi garapannya begitu spektakuler mengangkat nama Guruh Soekarno Putra (30 tahun masa itu) menjadi Raja Showbiz Indonesia.
Seide.id. – Majalah Variasi terbitan 40 tahun silam menampilkan penyanyi cantik Maryantje Mantouw asal Kawanua. Maryantje lahir di Manado 1 Januari 1959. Sejak mengorbit lewat lagu yang berjudul Panas gubahan musisi Yanuar Ishak di awal tahun 80-an popularitasnya makin meroket.
Antjeu begitu nama panggilannya, selalu mempertahan kan stamina dan kesehatannya. Keterjagaannya semata-mata karena Maryantje Mantouw tidak hanya menunggu dapur rekaman, tetapi selalu mengadakan show-show ke berbagai daerah di Indonesia dan dirinya berusaha untuk selalu tampil prima baik di panggung, di layar kaca televisi (TVRI) maupun di studio rekaman.
Adapun album rekaman kaset yang telah dirilis oleh Maryantje Mantouw yaitu : Panas (1979) Aku Tak Mengerti (1980) Jangan Kau Nodai (1980) Kau Yang Kusayang (1980) Yang Sangat Kusayang (1981) Hatiku Sunyi (1981) Bawalah Cintaku (1981) Hati Lebur Jadi Debu (1982) Meraba-raba dan Beban Asmara. Adapun album duetnya bersama Pance Pondaag bejudul Yang Pertama Kali dirilis tahun 1983.
Selain sering tampil di layar kaca TVRI bersama artis-artis cantik dari JK Records, Maryantje Mantouw juga pernah bergabung dengan kelompok vokal Geronimo pimpinan Anton Issoedibyo.
Selain berolah vokal, Antjeu juga pernah berakting di layar lebar film Indonesia, diantaranya bermain di film Sejoli Cinta Bintang Remaja (1980), Malu Malu Kucing (1980), Seindah Rembulan (1980), Bukan Istri Pilihan (1981)
Guruh Soekarno Putra
Nama Guruh Soekarno Putra menjadi jaminan kesuksesan sebuah tontonan pertunjukan panggung. Dan pergelaran di Bandung agaknya yang paling menarik. Bersama grup Swara Maharddhika yang dipimpinnya, gemuruh Guruh Soekarno Putra berhasil menggetarkan Kota Kembang Bandung. Pergelaran GSP di Bandung menjadi pertunjukan paling sukses dan membuka citra postif bagi Guruh Soekarno Putra.
Sejak penampilannya di Balai Sidang Senayan Jakarta Januari 1979, lewat pergelaran yang bertajuk Pergelaran Karya Cipta Guruh Soekarno Putra yang menelan biaya Rp 53 juta namanya terus melesat dan pertunjukan tari-nyanyi garapannya begitu spektakuler mengangkat nama Guruh Soekarno Putra (30 tahun masa itu) menjadi Raja Showbiz Indonesia.
Penampilannya selama 2 hari yakni 2-3 Juli 1983 di Gelora Saparua Bandung, menyajikan sekitar 20 tarian yang musiknya digarap secara play back. Guruh Soekarno Putra bekerjasama dengan musisi ternama asal Bandung yaitu Harry Roesli dengan Depot Kreasi Seni Bandung, DKSB yang dipimpinnya. Adapun karcis masuk pertunjukan tersebut seharga Rp. 5.000,-
Grace Simon
Penyanyi kawakan Grace Simon meluncurkan album kaset terbarunya yang berjudul Pelarian. Dalam album ini terdapat lagu Lihatlah Airmata yang merupakan ciptaannya sendiri. Lagu ini diambil dari catatan buku hariannya selama tahun 1982 yang kemungkinan diambil dari kisah hidupnya. Lagu Lihatlah Airmata mendapat sambutan positif dari para penggemarnya dan meraih sukses besar. Album kaset Pelarian milik Grace Simon direkam di Musica Studios.
Dina Mariana
Penyanyi remaja Dina Mariana tampil di layar kaca televisi (TVRI) dalam acara Aneka Ria Safari. Dina tampil dengan manja membawakan lagu terbarunya yang berjudul Malu Dong Ah. Lagu ini diciptakan oleh Johan Alambara. Dina Mariana tampil dengan mengejutkan, lagu yang berwarna musik pop rock dilantunkan Dina cukup enerjik, memikat dan mengasyikan, ia tampil prima dan semangat.
Black Sweet
Sekelompok anak muda asal Irian Jaya (Papua) dengan mengibarkan bendera bernama Black Sweet tampil sebagai pendobrak kebangkitan grup musik di tanah air yang sedang dilanda kelesuan dan ke-vakuman. Lewat album perdananya yang berjudul Pusara Tanpa Nama dan album keduanya yang berjudul Lembaran Kisah Lalu grup band ini mampu merebut simpati masyarakat pecinta musik.
Black Sweet meraih kesuksesan dan bersiap meluncurkan album ke-tiga yang berjudul “Akhir Sebuah Kisah” yang diwarnai genre musik pop, jazz, rock, punk rock dan musik reggae.
Fu Sheng Meninggal Dunia
Aktor film Mandarin Fu Sheng meninggal dunia pada 8 Juli 1983 akibat kecelakaan. Fu Sheng merupakan pelopor film-film kungfu komedi yang diikuti oleh bintang film Hongkong lainnya seperti Chen Lung (Jacky Chan). Fu Sheng meninggal akibat kecelakaan lalu lintas ketika mobil yang dikendarai bersama kakaknya mengalami kecelakaan yaitu menggunakan mobil Porche pemberian Jenny Tseng – mantan isterinya. Jenazahnya oleh keluarganya dilarang diautopsi.
Adapun film-film yang pernah dibintangi oleh Fu Sheng yaitu ~ The Fake Ghost Catchers ~ Cats & Rats ~ Hongkong Playboy ~ Brats & Wits ~ Marcopolo ~ Warriors Two ~ Heroes Five ~Shaolin Temple ~ The Boxer Rebellion ~ The Brave Archer ~ The Proud Twins ~ The Raging Tiger.
Film pertama Fu Sheng yaitu Policeman Fu Sheng sebagai pemeran utama dan disutradai oleh Chang Cheh, film drama kontemporer yang melambungkan nama Fu Sheng menjadi terkenal.
King Kong
Film King Kong berhasil menyerap sekitar 33 juta penonton, perusahaan pembuat film King Kong yaitu RKO Radio Pictures Inc selama satu minggu mengadakan pameran duplikat King Kong yang sedang bertambat di gedung pencakar langit, Empire State Building di Kota New York, Amerika Serikat.
Film King Kong pertama kali dirilis 2 Maret 1933 di Amerika Serikat, dengan menampilkan sosok gorila raksasa sebagai bintang utama dan menjadikan King Kong terkenal di seluruh dunia.
Majalah Variasi memuat cerita pendek karya Noorca N Massardi berjudul Perjalanan Jonggi dan Kisah Silat Geger Singosari-Dhaha karya Asmaraman S Kho Ping Hoo. Variasi selalu menyajikan rubrik-rubrik menarik tentang dunia hiburan, musik dan film. Juga ada rubrik Surat-Surat – Stop Pinggir – Dibuang Sayang – Top Pop -Ramalan Bintang – QSO Orari – Konsultasi – Stasiun Opini – Kuis – TTS – Humor dan Olahraga.
Semoga dengan mengulas kembali majalah lawas Variasi bisa membuka kembali kenangan lama yang mungkin terlupakan.
Salam Seide,
Kin Sanubary.