Situs Gunung Padang merupakan bangunan berundak-undak atau biasa disebut dengan istilah punden berundak yang terdiri dari lima teras atau tingkatan, dimana makin tinggi letak terasnya, luasnya makin menyempit. Kata punden berasal dari bahasa Jawa yang berarti terhormat dan berundak berarti bertingkat.
Mengenai bagaimana luas, elemen struktur, bentuk model batuannya di teras 1 sampai 5 akan lebih detail bila berkunjung langsung ke sana. Nantinya secara awam bisa diamati dan ditelaah pola pola struktur dasar yang terdapat pada konstruksi elemen masing masing teras, untuk kemudian dapat dibuat gambaran pendekatan tulisan secara sederhana sebagai berikut :
Teras 1 : Elemen tipe batu kolom persegi panjang yang menyerupai lingga sebagai simbol laki-laki
Teras 2 : Elemen campuran struktur penggunaan batu kolom persegi panjang dan silinder yang diletakkan vertikal, menyerupai lingga simbol laki-laki dan yoni simbol perempuan diletakkan horizontal
Teras 3 : Umumnya dijumpai struktur batu kolom persegi panjang atau silinder yang diletakkan horizontal (simbol perempuan), meski masih ada batu yang diletakkan secara vertikal (simbol laki-laki)
Teras 4 : Terdapat struktur seperti di teras dua dengan batu tipe silinder. Meski batu tipe silinder diletakkan vertikal, bentuk batu cenderung bulat yang merupakan simbol perempuan
Teras 5 : terdiri struktur batu kolom persegi panjang atau silinder yang diletakkan horizontal (simbol perempuan)
Jumlah lima teras pada situs Gunung Padang, seperti menggambarkan dunia manusia dalam kosmologi Sunda yang disebut Buana Panca Tengah, dimana panca berarti lima. Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa situs megalitik Gunung Padang mengandung makna simbolik mengenai tahap-tahap yang dilakukan oleh jelema atau manusia biasa untuk menjadi manusa sempurna.
Mirip Situs Arca Domas dan Lemah Duhur
Situs megalitik Gunung Padang memiliki kemiripan elemen konstruksi dengan Situs Arca Domas di daerah Banten dan Situs Lemah Duhur di daerah Cianjur juga. Berdasarkan kemiripan konstruksi tersebut, dapat diperkirakan bagaimana peran dan fungsi situs Gunung Padang bagi masyarakat dengan bertolak pada fungsi Situs Lemah Duhur juga Situs Arca Domas.
Punden berundak Arca Domas (Sasaka Domas) bagi komunitas Baduy di Banten, merupakan tempat pemujaan yang disakralkan dan hanya boleh dimasuki setahun sekali pada bulan Kalima, pada saat upacara muja. Upacara muja dilaksanakan setiap tanggal 16, 17 dan 18 pada bulan Kalima penanggalan Baduy. Awal prosesi upacara dilakukan pada pagi hari tanggal 17 bulan Kalima di teras pertama.
Upacara tersebut dipimpin oleh Puun Cikeusik dengan membacakan mantra-mantra dan doa-doa tertentu sampai tengah hari. Kemudian dilanjutkan dengan membenahi pelataran dan susunan batu yang berserakan hingga ke puncak teras. Begitu sampai di bagian puncak, peserta ritual upacara kemudian menyucikan muka, tangan, dan kaki pada sebuah batu lumpang yang disebut Sanghyang Pangumbaran.
Seperti kita tahu, Puun adalah merupakan pimpinan adat Suku Baduy, yang memiliki tingkatan paling tinggi dalam struktur masyarakat Suku Baduy.
Sebagai tempat sakral atau kabuyutan bagi masyarakat Baduy, Arca Domas terletak di bagian paling selatan atau paling dalam pada sistem orientasi kampung Baduy. Letaknya sebagai kabuyutan tersebut juga menyebabkan masyarakat Baduy meyakini bahwa Arca Domas merupakan tempat berkumpul para karuhun atau roh-roh leluhur mereka. Hal ini menyerupai kepercayaan animisme dimana roh leluhur berada di tempat tinggi seperti bukit atau gunung, dalam hal ini kabuyutan tempat Arca Domas berada.
Kemudian, Situs Lemah Duhur merupakan bangunan megalitik berundak yang terletak di Desa Sukajembar, Cianjur. Situs ini terdiri dari lima teras dan berorientasi utara-selatan. Seperti pada situs Gunung Padang, selain teras-teras pada Situs Lemah Duhur terdiri dari lima teras, semakin ke atas ukuran luasnya juga semakin mengecil. Halaman Teras I dan II merupakan halaman yang paling luas dibandingkan dengan teras diatasnya.
Mengutip buku Haris Sukendar Hs, berjudul Dalam Peninggalan Tradisi Megalitik di Daerah Cianjur Jawa Barat‘ mengemukakan hipotesis bahwa halaman Teras I dan II digunakan sebagai tempat berkumpul bagi pengikut upacara pemujaan pada situs Lemah Duhur, baik yang mencakup upacara pertanian atau upacara lain, seperti upacara pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kanekes di daerah Banten Selatan, Jawa Barat. Teras III pada situs Lemah Duhur memiliki beberapa bangunan dari batu-batu kali yang disusun membentuk persegi panjang, oleh Haris Sukendar diasumsikan sebagai tempat musyawarah masyarakat Megalitik pada masa itu.
Berdasarkan fungsi Situs Lemah Duhur dan Situs Arca Domas tersebut, Situs Gunung Padang bagi masyarakat primordial Sunda kemungkinan berfungsi terutama sebagai tempat upacara pemujaan sekaligus tempat berkumpul bagi para tetua adat.
Menuju Lokasi
Salah satu keunikan dari Situs Gunung Padang adalah beberapa bagian batunya bila dipukul dengan benda keras bisa mengeluarkan bunyi-bunyian seperti alat musik, dengan ciri khas nada tertentu. Sebagian besar bebatuannya merupakan batu dari jenis andesit basaltis, berwarna abu-abu gelap. Gunung Padang sendiri bukanlah gunung aktif, tetapi lebih tepat dikatakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 885 mdpl.
Situs Gunung Padang berlokasi di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Situs megalitik yang luar biasa ini dapat ditempuh 1,5 jam atau 45 km dari kota Cianjur. Jarak dari Jakarta sekitar 165 km dan dari Bandung kisaran 110 km. Perjalanan menuju ke Situs Gunung Padang melalui jalur naik-turun, kadang aspalnya mulus dan kadang jalanan berlubang dan berbatu.
Luas Situs Gunung Padang adalah 291.800 m2, dengan batas-batas situs sebagai berikut, sebelah utara: Sungai Cimanggu, sebelah timur: Kali Cikuta; sebelah selatan: Kali Cikuta, sebelah barat: Kali Cipanggulaan.
Untuk menuju situs Gunung Padang, pengunjung dari Jakarta bisa mengambil arah dari Puncak Bogor atau alternatif Jonggol menuju Cianjur Kota. Jika ingin menggunakan kereta, pengunjung bisa naik kereta commuter line hingga Stasiun Bogor dan melanjutkan perjalanan dengan kereta lokal ke Stasiun Lampegan. Jaraknya tinggal 7 kilometer lagi ke area wisata Situs Gunung Padang.
Selamat Menikmati Keindahan Nusantara di Bumi Parahyangan. Nuhun