Langsung pulang
Sesudah yakin tak ada keluhan berarti, semisal demam tinggi dan pendarahan, petugas pun menghubungi pihak keluarga untuk menjemput. Jam 13.28 saya didorong menggunakan kursi roda menuju lobby untuk diserahterimakan ke anak mantu yang datang menjemput.
Ya, rupanya memang tak ada budaya rawat inap di sini. Selain karena pandemi, petugas kesehatan di sini terbatas hanya menangani kasus-kasus berat yang tidak bisa dilakukan pasien dan keluarganya. Meminta fasilitas rawat inap berarti harus bersedia mengeluarkan dana tambahan yang tidak sedikit jumlahnya yang tak ditanggung asuransi.
Saya pun pulang, hanya berselang 3-5 jam setelah menjalani operasi. Pasienn wajib menjaga kesehatannya sendiri di rumah. Berbekal obat pereda nyeri dan demam yang hanya boleh diminum jika sakit tak tertahankan.
Serta berbekal pesan penting untuk segera kembali ke RS kalau-kalau terjadi kondisi gawat darurat dan keluhan di luar kewajaran seperti yang sudah dijelaskan.
Bersyukur proses recovery berlangsung cepat tanpa kendala. Seminggu kemudian saya memperoleh jadwal untuk konsultasi dengan dokter bedah yang menangani sekaligus mengevaluasi kondisi pasca operasi. Momen ini betul-betul menjadi “oleh-oleh” saat harus kembali ke Tanah Air, sebagai kenangan tak terlupakan. (Puspa)