Menteri Lawas Pengguna Pomade Rambut

Harmoko

Harmoko salah satu pemakai pomade. Lihat saja, rambut klimis mantan menteri Harmoko selalu disisir menyamping. Selain menteri Harmoko, rambut Menteri pertambangan yang juga Ketua Opex almarhum Menteri Soebroto pun diduga menggunakan pomade

Oleh EDDY J. SOETOPO

JANGAN heran bila di tahun 80-an model rambut klimis disisir menyamping, melumuri pomade alias minyak rambut, berbagai merek dagang menjadi ciri khas generasi Oldis masalalu. Selain berpakaian perlente, celana distrika nyaris setajam pisau, dengan baju popline masyur kala itu, juga menenteng speda onthel. Paling tidak speda pancal bikinan Belanda Religh atau RRT Phonix, menyesaki jalan kampung

Meski jam kunjung pacar dibatasi hanya sampai pukul 21.00 toh setiap malam minggu, minyak rambut menjadi andalan utama wakuncar.  Tanyakan pada opha-opha Oldis biarkan mereka bercerita tentang gaya berpakaian dan minyak yang menjadi pilihan. Dapat dipastikan merk terkenal lawas pomade seperti Mandom, Lavender, Tancho diburu Opha sewaktu mudanya dahulu kala.

Entah lantaran model iklan seorang bintang film cowboy Charles Bronson yang menjadi daya tarik orang lawasan memilih pomade Mandom atau kerena biar lalat dapat tergelincir bila nangkring di kepalanya saking licinnya, tak ada penelitian menyebut hal itu. Hanya saja, orang lain yang melihat penampilan necis dengan rambut klimis memakai pomade acap dibuly, “awas lalat bisa terpeleset.”

Bukan hanya kalangan masyarakat awam yang getol memakai pomade zaman old, tetapi juga para pembesar pemerintah setingkat menteri, kala itu acap kepincut menggunakannya. Konon kabarnya, almarhum Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko salah satu pemakai pomade. Lihat saja, rambut klimis mantan menteri Harmoko selalu disisir menyamping. Selain menteri Harmoko, rambut Menteri pertambangan yang juga Ketua Opex almarhum Menteri Soebroto pun diduga menggunakan pomade.

Entah apa sebabnya para petinggi negara waktu, era Orde Baru tersebut getol memakai pomade, tak banyak yang menanyakannya. Berbeda dengan kebiasaan para petinggi negara lawas pemakai pomade, pejabat usai reformasi, sepanjang pengetahuan jurnalis yang mangkal di Istana Merdeka, tidak banyak yang memakai pomade. Meski demikian, tak jua ingin ditanyakan mengapa para menteri enggan melumuri minyak rambut. 

Bisa jadi udara panas menyengatlah para pejabat dan menteri enggan menggunakan pomade. Setidaknya agar tidak menambah panas dikulit kepala dan meleleh membasahi krah baju. Apapun alasannya, minyak rambut masih terjual di beberapa mall dan pasar tradisional maupun warung kelontong. Jadi tetaplah bertahan memakai pomade, meski waktu berlalu cepat menenggelamkan trend pemakai pomade.**

Avatar photo

About Eddy J Soetopo

Peneliti Media Massa, Anggota AJI Solo, Direktur Eksekutif Institute for Media and Social Studies ( IMSS), Pemimpin Redaksi sarklewer.com. Penggemar kuliner. Tinggal di Kota Solo.