Foto : Barthelskens/pixabay
Setiap orang selalu berjuang menjadi pribadi yang berharga di mata sesama, karena bisa memberi manfaat, baik dan berguna. Ada aneka upaya dalam membentuk pribadi menjadi berharga, antara lain memiliki pengetahuan, ketrampilan, iman, sehingga perilaku hidup berharkat. Kata dan perbuatan menjadi wujud dari cara berpikir dan bagian rohani pribadi.
Upaya membuat diri berharga itu ibarat menyalakan obor agar bisa emberi sinar terang ke sekitar, apalagi dalam kegelapan. Lalu kutuliskan dalam sajak:
Menjaga Obor Tetap Bernyala
Ada beberapa jenis obor
Obor dari api alam
yang dipakai pesta olahraga
Obor dari ruas bambu
jadi suluh dalam gelap
Obor dari daun kering
juga untuk terangi kegelapan
Obor dari getah damar
juga untuk menghalau kegelapan
Ada nyala api
Ada sinarnya
Ada terang
Ada sumber api
Ada yang terbakar
Ada yang menyalakan
Ada yang menjaganya
“Apakah aku punya Obor?
Kegelapan dihalau
Gulita disibak
Kelam pekat dienyahkan
dengan sinar cahaya
dengan sumber penerang
Karena mata tak mampu
melihat obyek dalam kegelapan
menampak jalan dalam pekat
melangkah dalam kelam gulita
Memastikan arah saat kebutaan
“Keterbatasan insani hadapi alam
Keharusan langkah penuhi kebutuhan
Terang cahaya dibutuhkan…”
Memiliki obor bernyala
Menjaga obor tetap bernyala
saat menerjang pekat gulita
ketika lewati kegelapan malam
agar tetap bersinar terang
Mengandalkan sejumlah hal ini
pengetahuan tentang obor
ketrampilan menjaga sumber api
kesungguhan merawat jenis obornya
karena tahu kebutuhan pribadi
kapan berapa lama dipakai
Obor agar tetap bernyala
“Menjadikan diri sumber api
memampukan diri sumber cahaya
Berperan membawa sinar terang
dalam kata dan perbuatan
Menjaga obor tetap bernyala…..
adalah pilihan dan keputusan
adalah usaha dan perjuangan
adalah karya amal bhakti
adalah sebuah doa abadi
Bukan
cerita mimpi khayalan”
Di tengah kegelapan zaman
di malam panjang perjalanan
Ziarah makna kehidupan
Rajin Membaca dan Menyadari Hakekat Pribadi – Menulis Kehidupan 283