Merenungkan Keajaiban Alam – Menulis Kehidupan 359

Foto : Kanenori/Pixabay

Banyak waktu sering dihabiskan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Maka hampir tidak sempat menyadari, mengagumi dan mensyukuri keajaiban Sang Pencipta dalam diri pribadi, dalam sesama, apalagi di alam lingkungan jagat ini. Sering dianggap kegiatan sia-sia, bahkan kerjaan orang gila. Hidup perlu uang, maka waktu adalah uang.

Dalam bagian lain, masih ada banyak orang memberi waktu untuk hening, merenungkan misteri diri pribadi, juga mengagumi Keajaiban alam. Ada pertanyaan refleksi tentang hakekat hidup, makna keajaiban alam dan mengapa Sang Pencipta menghadirkan diri ke dunia. Apa itu hidup dan bagaiman semestinya kehidupan disadari dan dimaknai. Lalu, saya coba bertanya dan berguru kepada pasir pantai, menanyakan keajaiban alam di tepi samudera, keajaiban pengalaman pasir pantai dan maknanya bagi kehidupanku. Ziarah pengalaman itu saya tuangkan dalam sajak:

Berguru pada Pasir Pantai

Sudah berkali-kali
aku datangi pantai ini
Bahkan hampir setiap hari
karena ini bagian kebunku
Ada pondok bambu beratap ilalang
beberapa pohon kelapa kuning
ada mangga dan asam
juga tiga pohon lontar
Disini sering kulepas lelah

Di pelataran pasir pantai
selalu ada angin sejuk
dari hamparan rimbun mangrove
yang berbaris hijau indah
menghiasi bibir laut
dalam buaian manja ombak siang malam
Ikan-ikan kecil menari
kepiting ceria berkejaran
Siput erat memeluk karang
Burung-burung berdendang senang
kehidupan asri damai alam
membagikan energi inspirasi

Menelusuri hamparan pasir
sambil bersihkan tebaran sampah
atau berjemur dibelai panas
dan nikmati tarian ombak
Kutanyakan butir-butir pasir
Mengapa wajahmu selalu berubah
Mengapa diam dihempas ombak
Apakah ini kewajiban kodrati

Butir-butir pasir tersenyum
mereka keheranan atas pertanyaanku
Dan
karena aku penasaran mendesak
maka mereka mulai bercerita
“Kita semua ciptaan sama
Kita ada dan terjadi
Kita berubah dalam waktu
pada kodratnya semua berubah

Gelombang laut berubah-ubah
kami pasir ikut berubah
oleh ombak dan angin
oleh tangan manusia
Sungai muara juga berubah
oleh musim yang berubah
dan perlakuan manusia
Angkasa raya berubah
Alam semesta berubah
Maka
pada hakekatnya semua berubah
dan saling mengubah
Yang kekal itu perubahan
Dan
Sang Maha Pencipta
adalah misteri perubahan”

Merenungkan Makna Kasih Sayang – Menulis Kehidupan – 333