Merenungkan Keajaiban Alam Semesta – Menulis Kehidupan 377

Foto : Maik/Pixabay

Banyak kejadian alam semesta yang penuh keajaiban dan misteri. Semua sering dialami tetapi tidak semua bisa dipahami. Pikiran manusia terbatas, meskipun keinginan tak terbatas.

Ada kejadian alam yang tak mampu diprediksi seperti bencana alam yang terjadi selama ini. Salah satu contoh, yakni kejadian meletusnya gunung Semeru yang berturut dua tahun pada tanggal yang sama, 4 Desember 2021 dan 4 Desember 2022. Apakah bencana bisa berulang tahun? Memikirkan kejadian ajaib tersebut serta mereka yang tertimpa bencana, saya tuliskan dalam sajak:

Dari Puncak Mahameru

Tepat tanggal yang sama
4 Desember tahun lalu
Gunung Semeru Meletus
Sekarang 4 Desember 2022
kembali meletus erupsi bencana
Mengapa…
Bencana koq bisa begitu
Erupsi Semeru ulang tahun
Semburkan marah membara
muntahkan lahar abu panas
melanda hidup manusia
porak-porandakan harta benda
luluh lantakkan kebun ladang
hancur leburkan kampung halaman
terjang benamkan pemukiman
Ya ampun……?

Dari kepulan asap panas
muncul aneka sosok gaib
dengan wajah seram menakutkan
Dari terjangan abu lahar
seperti amukan makluk raksasa
ganas menyerang membabi buta
Dari gemuruh letusan
seperti suara menyeramkan
menghardik dan menghentak
mencekam seluruh jiwa raga
Dari tumpukan debu lahar
puing-puing harapan terkubur
lembaran hidup tertimbun
semuanya sirna disapu bersih
“Mengapa terulang di waktu yang sama
tanggal 4 Desember 412
angkanya berjumlah 7
Mengapa erupsi Semeru berulangtahun ?”

Tanah Jawa berduka
Di Cianjur masih derita lara
akibat gempa, banjir bandang dan puting beliung
Di Garut
juga gempa mengguncang
korban manusia dan barang
Ketakutan mencekam
air mata berlinang
Di Banyuwangi
hujan lebat banjir bandang
Di beberapa kota desa
ada angin badai mengamuk
juga longsor dan banjir
“Menjelang akhir tahun ini
deretan musibah terjadi
bencana alam terus melanda
Mengapa dan ada apa?”

Dalam getir ketakutan
saat sujud menjerit lara
ketika tak berdaya pasrah
Terdengar “maklumat semesta”
dari Puncak Maha Meru
“Pemilik semesta Bersih Bumi
Menyapu sampah polusi alam
Bersihkan racun di langit
Membasuh kotoran jiwa raga
Pulihkan luka alam lingkungan
Obati kanker peradaban insani
Dengan cara penuh misteri
Menghentak kesadaran manusia
maknai hakekat jati diri
pahami berkah alam raya
sujud hormat pada Pencipta”

Dari Puncak Maha Meru
berkumandang sabda alam raya
bergema maklumat jagat semesta
Bukan hanya untuk di Jawa
Bukan hanya untuk Indonesia
Bukan hanya untuk Nusantara
Tetapi,…
untuk insan seluruh dunia
“Siapa yang bertelinga
hendaklah mendengar
Siapa yang punya mata
hendaklah dibuka melihatnya
Siapa yang punya nalar
hendaklah berpikir bening waras
Siapa yang punya hati
hendaklah insyaf introspeksi
Siapa yang punya jiwa
hendaklah sujud bertobat
Kembali ke jatidiri
pribadi utuh jasmani rohani
Utusan pembawa Nur Ilahi
Pembawa kasih sayang di bumi”

Ketika bencana berulang-tahun
Erupsi di gunung Semeru
Tanggal 4 Desember
ada Maklumat jagat semesta
dari Puncak Maha Meru
Sebuah penegasan misteri
“Misteri diri kita manusia
Misteri hakekat kehidupan
Misteri alam jagat semesta
Misteri Sang Maha Misteri”

Dan
tidak ada yang tahu pasti
apakah masih ada bencana
kapan dan dimana terjadinya
apa bentuk bencana alamnya
kapan selesai ‘bersih bumi
Mungkin bisa dimaknai
“Ini jawaban dan teguran
atas bencana kemanusiaan
yang dilakukan tangan manusia
Karena agungkan selera individu
Karena hancurkan harkat sesama
Karena rakus menguras alam
Karena melupakan Sang Pencipta
Karena keserakahan hawa nafsu
dengan rekayasa akal buasnya
Bahkan
menjadikan diri Sang Pencipta”

Dari Puncak Maha Meru
setiap pribadi diingatkan lagi
untuk kembali ke dalam diri
untuk menyadari hakekat pribadi
untuk memilah dan memilih
untuk membuat keputusan diri
untuk memberi arti kehidupan
“Siapakah aku ini
Dari mana saya datang
Kemana langkah hidup kubawa
Bagaimana mengayam tutur kata
Bagaimana merawat perilaku
Apa manfaatku bagi sesama
Mengapa saya terlahir”

Dari Puncak Maha Meru
Ada maklumat alam semesta
kepada seluruh anak manusia
Ada tanya jagat raya
“Masih adakah terimakasih
Masih adakah sujud syukur
Masih adakah kasih sayang
Masih adakah sesama saudara
Masihkah disadari jatiidiri
sebagai makluk jasmani rohani”

Dari puing jiwa terkulai
kubisik sepotong doa sahaja
bagi segenap korban bencana
“Semoga diterima arwah korban
Kiranya tertolong yang menderita
Ampuni kami yang buta
Sadarkan kami yang berdosa”

Dengan pikiran yang galau
dalam ketakutan mencekam
ada secuil sinar nurani
Kutegakkan kaki yang goyah
untuk terus melangkah lagi
Kubuka jari yang gemeraran
untuk menulis kata amal
untuk mengukir warna makna
“Aku haus dahaga kasih
karena lupa terimakasih
Aku lapar merana cinta
karena abaikan sujud syukur
Aku tidak mengenal diriku
Aku tidak sadari adaku”

Sambil kutatap gunung Semeru
Ikuti informasi di medsos
Terus kuarahkan telinga mendengar
Maklumat Alam jagat Semesta
dari Puncak Maha Meru
Lalu kubisik perlahan
jeritan jiwa nurani galau
“Tuhan,
masikah mau Kau mendengarkan doa sahajaku
Sendengkan telingaMu,
untuk ratapan lara kami…”

Merenungkan Keajaiban Alam – Menulis Kehidupan 359