Menumbuhkan Rasa Memiliki dan Tanggung Jawab pada Anak

Sayang pada anak itu mutlak. Tapi, memberi berbagai kemudahan sebagai ungkapan sayang orangtua, itu yang kudu disikapi dengan bijak agar kita tidak salah langkah dan berakibat fatal.

Coba lihat di sekitar kita. Anak balita menangis sambil bergulingan di lantai itu. Karena ogah mendengar jerit tangisnya atau malu kepada tetangga, kita lalu memberi apa saja yang diminta. Yang penting, anak diam dan tidak mengganggu keasyikan atau kesibukan kita.

Pernahkah kita mencari tahu dan merunut sebab anak itu menangis?

Bisa jadi si kecil itu kelaparan, sakit, atau butuh perhatian, tapi kita cenderung menggampangkan dan mencari mudahnya. Anak diberi mainan atau uang agar jajan ke warung tetangga. Gangguan pun teratasi, begitu?

Lihat juga anak balita tetangga kita yang asyik bermain HP itu. Adakah kita mau menyadari, bahwa bermain HP itu lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya?

Sekali lagi, jangan pernah menyepelekan, yang penting anak diam dan asyik dengan mainannya.

Saatnya, kita sebagai orangtua mawas diri.

Kebiasaan memberi kemudahan pada anak itu sejatinya bukan ungkapan sayang, sebaliknya malah menjerumuskan anak sendiri, ketika kita tidak memproteksinya.

Aneka kemudahan membuat anak kehilangan rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap barang yang kita berikan.

Lebih dahsyat lagi, kita pun kehilangan perhatian, kedekatan, dan keakraban dengan anak.

Menyayangi anak itu mutlak, tapi terlalu memanjakan, jangan, agar kita tidak menjerumuskan anak sendiri.

Sebelum mewujudkan keinginan anak, lebih baik kita pikirkan dulu, banyak manfaat dan kegunaannya atau tidak, termasuk pengaruhnya terhadap anak.

Alangkah bijak, jika kita tidak asal memberikan kebutuhan anak agar kalau meminta tidak asal seketika terwujud alias sak deg sak nyet. Tapi, ajari anak rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap barang miliknya.

Caranya, ketika anak meminta dibelikan mainan atau barang, kita ajari anak untuk menabung, agar ia berpikir bahwa untuk mendapatkan barang itu tidak mudah.

Kita harus berusaha, bekerja, dan seterusnya. Misalnya, anak kita suruh menyapu atau mengepel, lalu kita beri upah untuk ditabung. Setelah terkumpul, uang itu digunakan untuk membeli barang yang diinginkan anak.

Bisa juga, untuk menumbuhkan kedekatan dan keakraban dengan anak, kita ajari anak membuat mainan kreatif dari barang-barang bekas. Misalnya, membuat mobil atau rumah-rumahan dari kardus, dan seterusnya.

Mengasah kekreatifan anak itu jauh lebih bermanfaat ketimbang kita membelikan barang yang kurang bermanfaat, apalagi jika sekadar demi gengsi agar kita ben diarani. (MR)

Ketika Suntuk, Carilah Keheningan Agar Jiwa Ini Disegarkan

Maaf, Ampunan, dan Kasih itu Sembuhkan Luka Jiwa

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang