Menyadari Komplesitas Relasi Manusia dengan Sesama dan Alam – Menulis Kehidupan 294

Foto : Nicole/Pixabay

Ada begitu banyak perubahan dan fakta dinamika relaitas akibat keputusan manusia dalam mengelola relasi dengan sesama dan alam lingkungan. Manusia makin bertambah banyak, sedangkan sumber daya alam terbatas dan semakin berkurang jumlah dan kualitasnya.

Pada gilirannya, aneka persoalan lahir dan menjadi masalah bagi manusia juga. Merefleksikan pengalaman tersebut, saya tuliskan dalam sajak:

Mendengarkan Nyanyian Waktu

Padang gersang berdebu merana
Sampah zaman berlenggak
Hilir mudik mencengkram tanah
Beterbangan merombek tirai langit
Polusi di jiwa hati sanubari
racun mercuri limbah industri
penuhi raga dan pikiran
Manusia penuhi alam semesta
Waktu terus berirama bernyanyi

Sampah plastik mercuri polusi
mengalir dari jemari insani
Diproduksi kreasi nalar pribadi
dari ruang hati sanubari
Buah pohon sesuai benihnya
Daun bunga sesuai bayangnya
Hasil tidak ingkari proses
Ada korelasi asli alami
Ada hubungan sebab akibat
Ada sistem yang terjalin
Semua direkam waktu
lalu dikumandangkan lagu
naynyian fakta kehidupan

Nyanyian waktu terus berpacu
dendangkan syair lagu
Tentang suka duka hidup
Tentang pilihan dan keputusan
Tentang alam yang merana
Tentang kemajuan zaman now
Tentang ceria anak-anak
Tentang harapan orang muda
Tentang gaya orang dewasa
Tentang nostalgia orangtua
Tentang kelahiran dan kematian
Syair lagu realitas peradaban
Fakta dan misteri kehidupan

Ada parade paradoks fakta
lahir dari pribadi manusia
karena beda pilihan keputusan
karena beda nilai dan prinsip
karena beda keyakinan iman
karena beda kepentingan individu
Maka
lahirlah syair nyanyian waktu
Tentang Kesombongan karena kekayaan
Kesombongan karena jabatan
Kesombongan karena kepintaran
Kesombongan karena rajin beribadah
Kesombongan karena beramal, berbagi dan buat kebaikan
Kesombongan merasa memiliki Tuhan
Kesombongan atas nama agama
Semua demi kemegahan diri
sedangkan sesama cuma pelengkap

Nyanyian waktu terus bergema
Entah siapa yang peduli
Entah siapa yang mendengar
Entas siapa yang memaknai
Entah merdu atau sumbang
Entah lembut atau keras
Entah menghibur atau menohok
Semua tergantung pribadi
menggunakan telinga nurani
mengarahkan suara hati
memasang kepekaan sadar nalarnya
membuka pintu emosi rasanya
bagi harkat martabat dirinya

Memilih dan Memilah Makna Kata – Menulis Kehidupan 289