Foto : Nicole/Pixabay
Setiap kita terlahir dan mengalami kehidupan dalam ruang dan waktu. Dengan pikiran, kita bisa melintasi ruang dan waktu. Namun, karena jiwa ada dalam raga, maka kita dibatasi ruang dan waktu. Segala pilihan dan keputusan pribadi dilakukan dalam ruang dan waktu.
Diri kita memiliki umur, ada kemarin, hari ini, masa lampau, masa kini, perhitungan penanggalan, adalah bukti tentang upaya memaknai waktu kehidupan manusia. Saya merenungkan dan menulis hal itu dalam sajak:
Kemarin, Hari ini, Besok
Pada roda cahaya mentari
alam semesta terus menari
segala ciptaan bernyanyi
manusia pun hidup mati
Menulis sejarah peradaban insani
maka
Ada fakta pengalaman bersemi
Kemarin dan hari ini
lalu besok jadi mimpi
Kisah cerita terjadi
suka duka warna warni
dialami setiap pribadi
nyata sekaligus misteri
Terjadi silih berganti
sadar atau tidak dipahami
semua di luar kendali
damba jiwa sanubari insani
Meskipun
Pikiran bisa berkreasi
menciptakan ilmu teknologi
demi kebutuhan dipenuhi
demi harapan bisa digapai
demi cita-cita diraih
di dunia dan akhirat nanti
Kemarin
lahirkan ratusan cerita nostalgia
patrikan jutaan kisah kenangan
Nostalgia itu seperti api
Kenangan laksana bara energi
Mengantar kita hari ini
mengalami apa yang terjadi
ada makna dan misteri
Dan
Pengalaman menjadi guru
Tergantung kemauan dan kemampuan pribadi belajar dari kemarin
untuk hadapi dan melangkah
memberi makna hari ini
berkelana meraih mimpi esok
Besok pasti selalu ada
Energi semesta terus ada
Misteri Ilahi lestari menjelma
Namun
Setiap pribadi
Tidak pernah tahu pasti
bisa sampai meraih esok
bisa pasti memeluk mimpi
Karena
ajal datang tak terduga
cara dan waktu tak tahu
seperti diri kita terlahir
itu pun tak terjangkau
di luar nalar dan kalbu
mungkin hanya Sang Waktu
yang bisa jawab semua
karena Dia Yang Empunya
Kemarin, hari ini, besok
adalah upaya nalar manusia
yang terbatas ruang waktu
untuk bisa menjangkau makna
tentang misteri diri pribadi
tentang misteri sesama insani
tentang misteri semesta ini
karya Sang Maha Misteri
Yang sedemikian dekat nafas
sekaligus sejauh rahim mentari
Nyata sekaligus tak terselami
Kemarin
adalah hari ini yang pergi
Hari ini
adalah besok yang tiba
Besok
adalah kemarin dan hari ini
dalam damba nurani insani
Memohon pada Sang Ilahi
semoga masih diberi nafas
menghirup energi waktu
Mengenang Sosok Seorang Pelayan Sahaja – Menulis Kehidupan 296