Menyadari Rindu  Damba Nurani Jiwa – Menulis Kehidupan 197

Foto : Lifeforstock/Freepik

Setiap manusia memiliki kerinduan akan hal yang menenteramkan jiwa dan membahagiakan hati sanubari. Maka rindu damba itu menjadi energi perjuangan menata pribadi, bekerja dan berjuang memenuhi aneka kebutuhan hidup.

Alat pemenuhan kebutuhan terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas dan kemampuan dirinya terbatas. Lalu, setiap pribadi hidup tergantung mutlak dengan alam lingkungan dan saling membutihkan dengan sesama. Menyadari hal ini, saya menulis dua sajak: Senja di Pelukan Daun dan Bertarung dengan Waktu

 1. Senja di Pelukan Daun

Wajah merah merona
senja tersenyum manja
dalam pelukan daun hijau
Tanpa kata terdengar
namun
getaran makna menggelora
rindu damba asmara
membias penuh pesona

Lelah berkelana sehari
berjalan dan berlari
memburu harapan hati
untuk membawa pulang rezeki
bagi kekasih yang menanti
Kini sirna terobati
dalam pelukan hijau daun
kemesraan yang menyegarkan
keramahan yang mendamaikan
kasih sayang menghidupkan

Senja penuh pesona
Daun hijau warna cinta
Berpadu dalam keindahan
Harmoni melodi semesta
keajaiban alam jagat raya
biaskan pesan sabda
kepada mata manusia
Hidup butuhkan cinta
insan tak bisa berdaya
tanpa ada kasih mesra
yang keluar dari sanubari
makna hakikat jiwa sejati

2. Bertarung dengan Waktu

Kusebut namanya
‘perempuan petarung’
dia menyulam waktu
di tengah kebun ladang kampung
Lintas desa dan kota
dalam kilau metropolitan
berkelahi dengan deru  mesin
bertarung dengan debu kota
mencakar gemerlap zaman
Memilah dan memilih
asa cita
agar tumbuhkan damba
pada kanvas rindu
agar melukis harapan
pada wajah makna
merawat rahim ladangnya
Lalu
membawa pulang sajak rezeki
untuk jadi buku antologinya
warisan literasi generasi

Dan
jejak lelah letihnya
disimpan di bawah karpet
duka laranya dijadikan pupuk
Air mata lara derita
dikemas dalam jiwa
nanti dilarung di samudera
ketika kembali jiwa bertapa
atau saat gulita berdoa
menari dalam irama makna
antara pengorbanan dan cinta
dengan alunan kidung percaya
dalam irama lagu semesta

Saat kutulis sajak ini
dia sedang berkelahi
melawan resah rasa emosi
bergulat nalar kalahkan waktu
‘dia sang perempuan petarung’
Jejeki ladang kampung desa
jelajahi jalanan kota
hadapi hingar bingar deru
hempaskan dekil debu
bersahabat lumpur hujan terik
lerai cahaya zaman kilau
kalahkan sejuta galau
dalam pusaran waktu
Cinta dan citanya berpadu
terus maju tanpa ragu
untuk meraih yang dituju

Simply da Flores Harmony Institute

Belajar Menyadari Diri dalam Ruang dan waktu, Menulis Kehidupan -122