Berita duka hari ini berseliweran di media sosial atas kepulangan Endi Agus Riyono atau dikenal sebagai Endi Aras, pelukis dan pelestari budaya Indonesia.
Pada status rekan rekan wartawan di media sosial, terpampang foto Endi Aras.
” Selamat Jalan, Endi Aras..”
Saling tag..
“Astaga kapan? “
Sebenarnya, menurut mas Soegeng, wartawan senior yang juga kakak Endi Aras, almarhum sebelumnya telah beberapa kali masuk rumah sakit akibat sakit jantung.
Tapi walau demikian, kepergiannya akibat serangan jantung, tetap saja mengejutkan rekan-rekan wartawan.
Pada salah satu postingan, juga tampak salah satu teman baik almarhum, Jodhy Judono, Ketua Umum IWO, Ikatan Wartawan Online Indonesia sedang memeluk foto Endi Aras di teras rumahnya.
“Tidur yang nyenyak ya bro, mimpi indah senantiasa, ” sebut Jodhy di status akun Faceboknya.
Pemakaman Endi Aras yang dilakukan usai Sholat Jumat, 3 jam setelah kepergiannya dan disamping adanya protokol kesehatan, tidak memungkinkan untuk dihadiri rekan- rekan yang lain kecuali beberapa wartawan.
Dikenal gigih melestarikan budaya Indonesia, kelahiran Blora tahun 1963 ini tercatat sebagai salah satu insan penerima Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi 2017.
Atas kepergian almarhum yang juga disebut Bapak Gasing Nusantara, Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, merasa sangat kehilangan.
“Saya kenal baik Endi Aras, seorang yang gigih memperjuangkan agar permainan tradisional kembali menjadi bagian dari keseharian kita.
Ia tidak segan turun tangan sendiri mengajak anak-anak bermain, memperkenalkan mereka kepada khazanah permainan rakyat yang begitu banyak.
Kita semua sangat kehilangan ketika mendengar kabar duka, ” tutur Farid pada Seide, Jumat, 25/6, pukul 15.00.
Duka yang sama dirasakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo atas kepergian seniman Salatiga ini.
“Semoga husnul khotimah,” ujar Ganjar pada Seide, petang pukul 19.18
Lewat japri, Ganjar juga mengirim gambar pada ucapan doanya.
Andi Aras memang telah pergi.
Tapi kegigihannya, baik ada atau tidaknya bantuan pemerintah untuk melestarikan budaya tradisi pernainan anak Indonesia barangkali hanya dimiliki oleh Endi Aras.
Alasannnya?
Karena terdapat nilai nilai filosofi Pancasila dan demokrasi di dalamnya.
Taat pada aturan permaninan, tetap bersatu dalam kesederhanaan dan seimbang seperti perputaran gasing, begitu ia pernah tutur.
Baginya, berbagai penghargaan yang telah diterima, menjadi tidak berarti jika dolanan anak Indonesia punah dari Nusantara.
Tidak heran jika ia rela korbankan tanah seluas 4.000 meter miliknya di kampung halamannya Salatiga, agar eksistensi gasing tidak terancam.
Bisa jadi juga ada dalam pikiran Endi, pada akhirnya nanti manusia hanya membutuhkan tanah seluas 1 kali 2 meter sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.
Karenanya, yang paling penting adalah mengamalkan nilai nilai Pancasila selagi hidup seperti dilakukan Endi Aras Agus Riyono.
Selamat ‘Istirahat,’ Endi Aras..