Foto : felix Mittermeier/ Pixabay
Dalam hidup ini, semua orang memiliki harapan dalam hati sanubari dan jiwanya. Namun, karena ada kelemahan dan keterbatasan diri, serta adanya tantangan serta problema kehidupan, tidak semua harapan dapan tercapai. Ada berhasil dan gagal, ada suka dan duka.
Kearifan leluhur dan ajaran iman menjadi sumber pegangan untuk merawat harapn dan optimisme, berpikir positif dan semangat berjuang mengelola kehidupan. Harapan dalam hidup dan setelah meninggalkan dunia ini. Maka, kutulis refleksi itu dalam dua sajak:
Bernafas Optimisme dan Denyut Jantung Harapan
1. Bernafas Optimisme
Melepas sanubari
terbang ke semesta
biarkan pikiran mengembara
melebur dalam udara
berkelana menyibak belantara
terbang melintas angkasa
Ruang jiwa raga lapang
sejuta problema terbang
mata nalar luas menerawang
tinggalkan kekerdilan rasa
rindu damba memeluk semesta
Kekerdilan jiwa raga
sering menjadi penjara
karena malas berkelana
karena abaikan jejak telapak
karena lupa pada udara
karena memutus waktu
karena membatasi ruang
karena abaikan hakekat fakta
Ajaib, tak terbatas, kaya, bermakna
2. Denyut Jantung Harapan
Aku anak pelaut
terlahir dari rahim samudera
harapanku seluas
lautan
Ombak gelombang denyutkan jantung
berlari dan terus mengalir….
Harapanku digiring angin
bergelora menuju pasir pantai
setiap hari, tak pernah berhenti
Yakin damba cita tercapai
dalam tuntunan rencana Ilahi
dalam sinar mentari abadi
Harapan itu pasti
seperti jantung insani
Tak henti berdenyut
alirkan darah ke seluruh raga
Agar
kehidupan gapai makna sejati
Pribadi alami damai harmoni
Dambaan setiap insani
dengan karya amal bhakti
sebagai doa abadi
Simply da Flores Harmony Institute
Merenungkan Tanggungjawab Merawat Alam, Menulis Kehidupan – 185