Foto : Kelly Sikkema / Unsplash
Kodrat asali setiap orang berasal dari perjumpaan: perjumpaan dengan Pencipta dan perjumpaan kedua orangtua yang melahirkan diri kita. Maka perjumpaan menjadi bagian hakiki pribadi manusia.
Namun, sering karena berbagai perbedaan kapasitas pribadi, maka tidak mudah mengelola dan memberi manfaat maksimal dalam perjumpaan. Sebaliknya, justru sering terjadi persoalan dalam perjumpaan antar pribadi. Perjumpaan harus disadari, diberi makna dan diupayakan manfaatnya, sehingga menambah harkat martabat, saling melengkapi karena saling membutuhkan. Merefleksikan perjumpaan itu, saya tulis dalam sajak:
Mengurai Helai Rambut Angin
Kuulurkan jemari sanubari
menjabat erat tangan angin
saat bertemu di serambi awan
dalam temaram cahaya purnama
lalu tinggalkan keramaian langit
menepi ke pinggir samudera
Saat ombak pecahkan buih
basahi telapak kaki kami
dan hangatnya pasir pantai
merangkul kelelahan hati
lantaran rindu lama menanti
menemukan sahabat berbagi
cerita suka duka insani
karena sering gagal berdamai
melukis harmoni di jiwa
Angin rebahkan lelahnya
pada hamparan padang telapakku
Lalu
kuurai helai rambutnya
kusisir dan kubentangkan
Ow… panjang sekali
dan berwarna-warni
Ada merah hitam putih
juga kuning dan abu-abu
Entah karena disemir
atau memang diukir waktu
Angin…..
lelah tertidur pulas
karena halangan dilepas
dan aku berkelana lagi
mengejar cahaya mentari
karena malam telah usai
fajar pagi bersemi lagi
Aku melangkah ke timur
Angin entah ke arah mana
masing-masing melukis nurani
Agar kehidupan warna-warni
Dan
Kuyakin kami terpisah
tetapi pasti berjumpah
karena ruang dan waktu
sebenarnya hanya fatamorgana
dari misteri semesta
Simply da Flores Harmony Institute