Foto : Willian Justen de Vasconcellos / Unsplash
Hampir semua pribadi normal mengalami asmara, jatuh cinta, ketertarikan alamiah dengan lawan jenis untuk kebutuhan kodrati reproduksi. Memang ada kekecualian, yakni ada saling tertarik sejenis, dan ada yang tertarik dengan dua jenis – biseks. Zaman now, fenomena kekecualian atau anomali perilaku seks ditampilkan terang-terangan, bahkan menjadi gaya hidup.
Berbeda dengan pengalaman kasih sayang, dimana kerinduan sanubari dan kebitihan jiwa akan mendapatkan kasih sayang sesama, sekaligus dorongan mengasihi sesama.
Merefleksikan fakta pengalaman kodrati dan kebutuhan hakiki tersebut, saya tuliskan dalam sajak:
Asmara dan Kasih di Pelataran Tanjung
Terkenang pada suatu hari
selama beberapa jam
berdetak
kudengarkan hembus angin bercerita
dari bisik-bisik sepoi
hingga lantang mengguncang
Di bawah rindang pepohonan
di kaki bukit yang manja
menjulurkan kaki ke lautan
biar dibelai ombak
sandarkan punggung ke bukit
diselimuti rerumputan segar
panorama bukit-bukit berjejer
lekak lekuk lembah terukir
tebing karang berdiri tegar
ombak laut abadi berdebur
pada wajah pantai pasir
Di Pelataran Wisata Tanjung
Angin bercerita tentang dunia
cuaca yang sedang pancaroba
musim yang tak terduga
Ada bencana dimana-mana
Ada penyakit dan pandemi
Ada konflik dan perang
Ada iri dengki dendam
Ada radikalisme dan terorisme
Ada gelora generasi muda
giat mengejar cita-cita
Ada dinamika para politisi
beradu isu dan strategi
demi meraih prestasi
rebut jabatan dan posisi
Ada seribu cara dihalalkan
demi mendapatkan tujuan pribadi
meskipun menodai nurani jiwa
dan korbankan hak sesama
Ada iklan produk ekonomi
di jalanan hingga gadget
agar meraih konsumen dan mendapat keuntungan
Juga kisah ribuan jejak
yang pernah datang bertamasya
abadikan jutaan kenangan rasa
di setiap jengkal damba
yang terhampar di Pelataran
Lokasi Wisata Tanjung
Saat aku ngantuk kelelahan
mendengarkan gelombang deras cerita
jelajahi samudera dinamika realitas
Senja perlahan nampakkan pesona
warna-warni wajah surya
sumringah menghampiri pelukan lautan biru
merona melukis sejuta rindu
tentang makna damai harmoni
alunan irama sabda Ilahi
bagi kesadaran semua insani
akan hakekat jatidiri
sebagai putra-putri sejati
pembawa cahaya mentari
Sebelum pergi meninggalkanku
Angin bisikan pesan padaku
“Sangat banyak kisah cerita
yang sudah kusampaikan
Terserah apakah ada artinya
bagi dahaga pikiranmu
untuk kelaparan kelanamu
mencari jawaban pertanyaanmu
Lihatlah di atas daun itu
pada permadani hijaunya
Ada sepasang belalang
sedang rayakan pesta asmara
sebelum engkau datang dan masih asyik penuh gairah
entah nanti berapa lama
Dan
bacalah jawaban tentang kasih sayang sejati
tertulis dalam setiap buih ombak yang siang malam hempas memecah di pasir pantai
Biarkan telapak kakimu dibasahi lautan
Basuh wajahmu dan rasakan asinnya samudera
agar temukan hikmah kehidupan bagi jiwamu”
Angin sekonyong hilang pergi
Senja perlahan dirangkul samudera
Aku melangkah ke pantai
hendak temukan pesan jawaban
sambil basahi kaki dan membasuh wajahku
Pesta asmara masih bergairah
kuabadikan dengan gagetku
meski tidak dihiraukan belalang
Dan
buih ombak memecah lestari
pada kesetiaan pasir pantai
lukisan abadi kasih sayang
Misteri Sang Maha Pengasih
Rahasia Sang Maha Penyayang
Lalu
kutulis bait sajak ini
pada halaman rindu sanubari
akhiri senja dan awali gulita malam
Bola mataku terasa terang
wajah ngantuk jadi hilang
bibir dikecup asinnya makna
berkelana di Pelataran Tanjung
lalu pulang sambil merenung
Simply da Flores Harmony Institute