Merenungkan Maraknya Pembunuhan Manusia – Menulis Kehidupan 238

Foto : Pixabay

Kasus pembunuhan sesama manusia, entah apa pun alasannya, telah menghilangkan nyawa, menumpahkan darah dan meninggalkan jazad. Ada yang membunuh dengan senjata tajam, senjata api, racun, dan  benda keras atau cara lainnya. Ada pelaku tunggal, ada yang berkelompok, ada atas nama geng, juga lembaga berwenang.

Kejadian ini, bukan saja di tengah hutan, di kampung udik atau kota besar di tanah air kita. Terjadi di berbagai belahan dunia. Di Eropa, Amerika, Afrika, Timur Tengah dan Asia lainnya. Dalam adat, agama dan negara ada hukum untuk melindungi hak hidup manusia. Namun, adanya hukum tidak menyetop terjadinya pembunuhan antar sesama manusia. Merenungkan fakta kejadian pembunuhan itu, saya tuliskan sajak:

Pada Tetesan Darah dan Jazad Korban

Ada darah mengalir
ditoreh buas senjata tajam
ditembus pongah bisa peluru
dihantam dendam batu kayu
disobek silet kerakusan emosi
Karena pikiran terbelenggu sampah
Karena nurani pudar berantakan
Karena jiwa gelap gulita
Sehingga
tidak kenal diri pribadi
tidak peduli harkat martabat
tidak hiraukan asal usulnya
tidak takut Sang Pencipta

Saat jasad tergeletak kaku
penuh darah dan luka
Tak mampu mengucap kata
tak ada desah nafas
Tak bisa membela diri
Maka
Pelaku tersentak temukan diri
pikiran sejenak terang sadar
ada tindakan yang salah
ada fakta darah korban
ada jazad terbujur kaku
Dan
Kesadaran menghentak nurani
jiwa makin terkoyak ketakutan
karena masalah ditambah masalah
Kebodohan dan ketamakan
telah melahirkan korban kejahatan
dan beranak pinak kejahatan
Lalu berjuang menutupi kejahatan
dengan kuasa dan uang
yakin semuanya gampang diatur

Darah yang mengalir bicara
pada debu tanah udara
dalam ruang pikiran pelaku
Jazad kaku berteriak
pada langit hati sanubari
pada aliran darah jiwa
sang pribadi sesama manusia
Dan
Alam jagat ini mencatat
semesta raya tumbuhkan kejadian
Sang Pencipta Maha Melihat
Saatnya pelaku pasti memanen semua benih tanamannya

Darah mengalir beku hilang
Jazad bisu hancur lenyap
Nyawanya terus bergentayangan
berkelana menggugat waktu
menggenapi perbuatan sang pelaku
Yang biasa pintar berkelit
Yang merasa hebat berkuasa
Yang pandai bersilat lidah
Yang mampu menciptakan cerita
dengan uang dan kuasa
dengan sahabat dan kelompoknya
yang biasa berpesta harta
yang lumrah habisi nyawa
yang bangga memiliki jabatan
yakin bisa berbuat seenaknya

Tetes-tetes darah
kini mengalir sudah
membasahi alam jagat raya
Jazad-jazad bisu
kini bergelimpangan dimana-mana
ditutup cerita kuasa harta
Nyawa-nyawa korban bergentayangan
mengejar detak jantung pelaku
mengiringi desah nafas penjahat
mengikuti jejak langkah pembunuhnya

Dan
Waktu telah titahkan amanat
bahwa
“Katakan benar itu benar
Katakan salah itu salah
Cahaya mentari
tidak akan dapat dipadamkan
dengan jutaan telapak  tangan
penuh darah rakus ketamakan
Dan
Gelap gulita malam
tidak bisa sirna dihalau
dengan ucapan seribu bibir
penuh bisa tipu daya”
Sang Pemilik kehidupan
Maha kuasa Maha melihat
Maha Mengetahui
Maha adil bijaksana

Simply da Flores Harmony Institute

Modus Penipuan Mirip ‘Mama Minta Pulsa’ Marak di Australia