Zaman terus bergerak maju dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adat budaya berubah, dunia makin menjadi tanpa jarak dengan kecanggihan teknologi informasi dan transportasi. Tantangan segala dimensi hidup manusia bertambah.
Kehidupan di kota besar, metropolitan menjadi fakta dinamika kemajuan zaman. Segala persoalan ada disana, karena peluang meraih mimpi ditawarkan zaman. Menghadapi fakta perubahan dan tantangan zaman, kutuliskan renungan dalam sajak: Setangkai Sajak Angin
Merangkai kata jadi tangkai
lalu kutulisi telapak angin
malam dingin akhir minggu
saat sendiri lerai gulita
dengan kerlip lampu pelita
di pondok pinggir ladang
jauh di kaki gunung
rasakan suasana kampung
Dan
judulnya lalu kutemukan
“Setangkai Sajak Angin”
untuk laskar kilau metropolitan
Angin membuka telapak
jadi halaman kutulis sajak
Rangkai huruf jadi kata
kata-kata goreskan makna
terjemahkan rindu damba jiwa
berkelana menyibak gulita misteri
Antara ada dan tiada
Antara menjadi dan memiliki
Antara menerima dan memberi
Antara kenyataan dan harapan
Antara keinginan dan kebutuhan
Antara selera dan manfaat
Antara sesaat dan abadi
Antara benci dan cinta
Antara kata dan perbuatan
Antara kemilau dan sejati
Antara cara dan tujuan
Dan harus membuat pilihan
dalam waktu yang berjalan
Sajak selesai kutuliskan
Angin berhembus pergi antarkan
kepada para laskar metropolitan
yang berjibaku tuntaskan kerjaan
demi dapatkan bayaran
jasa dan tenaga yang dikeluarkan
Menyibak deru debu metropolitan
menghalau kilau gemerlap perkotaan
tak peduli siang malam
asalkan bisa topang kehidupan
Dalam sunyi gulita malam
di bawah kerlip pelita
barisan semut bekerja
pindahkan nasi yang tersisa
dari samping tepi piringku
entah kemana dituju
untuk pesta malam minggu
dan menjadi penghibur sepiku
Sambil begadang menunggu
angin yang menghantar sajakku
pada sahabat-sahabatku
yang tak henti berjibaku
halau kilau deru debu
demi meraih damba rindu
Dingin cuaca di kaki gunung
dan dingin sanubari menyatu
Embun memeluk helai daun
jangkrik bunyi bersahutan
suara burung malam mengalun
gemericik air mandikan padas
lalu mengalir menuju sungai
dan pasti ke muara untuk bertemu ombak lautan
kisahkan sepiku sendirian
menulis setangkai sajak angin
untuk para laskar metropolitan
saudara dan kawan di perantauan
Simply da Flores Harmony Institute