Foto : Giorgi Iremadze / Pixabay
Semua manusia terlahir dalam keluarga dengan konteks adat budayanya. Relasi dengan Orangtua, sanak kekuarga, komunitas masyarakat tempat kelahiran, mengikat erat memori setiap pribadi dengan aneka pengalaman. Ikatan relasi itu mendarah daging, karena ikut membentuk tumbuh kembang pribadi menjadi lebih mandiri.
Maka ketika dewasa, lalu pergi meninggalkan kampung halaman, tanah kelahiran, tumpah darah itu, selalu ada kerinduan untuk pulang. Pulang menjumpai asal mula kehidupan, sesama dan alam lingkungan. Ada aneka makna bagi kehidupannya. Kembali untuk mengisi energi dan menambah daya kehidupan. Zaman now, mungkin bisa diumpamakan seperti gadget selalu perlu dicas dan diisi pulsa, agar terus berfungsi. Saya tuliskan dalam sharing pengalaman pulang kampung, dengan sajak:
Lembata, Aku Pulang…
Di pelukmu tanah leluhur
aku pulang….
hirup wangi aroma laut
dibuai kasih sayang
sanak sodara semua
Lembata
Di mata airmu kuteguk
dan segarkan dahaga
basuh lelah peluh lara
Dan
jiwa sanubari bangkit
dari pijar gunung api
bara semangat terbit
dari bias fajar mentari
Lembata
Aku pulang bawa diri
rebah di pelukanmu
engkau ibuku
engkau ayahku
engkau tumpah darahku
engkau rahimku
engkau Levotanaku
Levotana
sehatkan jiwa ragaku
dengan santapan adat budaya
Kuatkan lenganku mendayung
Topang kakiku berlari
bawa amanat anak mentari
menulis cahaya bagi generasi
melukis makna karya bhakti
Simply da Flores Harmony Institute
Merindukan Terulang Pengalaman Bermakna – Menulis Kehidupan 207