Oleh : RATIH POERADISASTRA
Presiden Soekarno melantik Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 28 April 1966 di Istana Merdeka. Menurut Ali Sadikin, sebenarnya Presiden Soekarno menganggap dirinya sebagai orang yang keras kepala ketika ia menjadi Menteri Perhubungan Laut di kabinet Presiden Soekarno. Namun justru karena keras kepalanya itulah Presiden Soekarno memilih Ali Sadikin menjadi Gubernur. Mengelola Jakarta yang kompleks memang membutuhkan pemimpin yang kuat, keras, dan tegas. Gubernur Ali Sadikin cocok untuk ini. Pada waktu itu Gubernur diangkat langsung oleh Presiden, belum ada pilkada. Usianya 39 tahun ketika ia dilantik menjadi Gubernur.
Pada acara pelantikan itu Presiden Soekarno berpesan kepadanya: “Saya sub-plant cita-cita saya tentang Jakarta pada kalbumu.” Pada waktu itu pemerintah DKI Jakarta tidak memiliki dana, Bang Ali menempuh jalan yang tidak populer: mengadakan lokalisasi perjudian dan pelacuran, mendirikan pabrik bir, sehingga mendapat kritik keras dari para ulama. Ia menganggapi kritik itu dengan santai: “Kalau Kiai tidak setuju dengan cara mendapatkan dana seperti itu, maka kiai harus membeli helikopter pribadi. Semua jalan di Jakarta dibuat dan diperbaiki dengan uang maksiat.”
Ali Sadikin selalu ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan agar dapat dicarikan solusinya. Ia mereklamasi kawasan Ancol. Juga membuat kawasan industri Pulo Gadung, kawasan industri pertama di Indonesia, untuk menyerap tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah tokoh idola Ali Sadikin. “Mereka pemimpin bangsa dan selalu konsisten, bukan kooperator. Mereka ikhlas dipenjara, dilempar ke Digul. Sejak kelas 3 Sekolah Rakyat saya sudah mengenal nama Soekarno, Hatta, Haji Agus Salim, Tan Malaka, dan Alimin,” cerita Ali Sadikin. Sementara nama Ali Sadikin juga masih dikenang dengan indah sampai sekarang.