Michelle Yeoh, Aktris Asia Pertama Raih Piala Oscar

Michelle Yeoh and Her Oscar - Official

Namanya mulai diperhitungkan Hollywood, saat mendapatkan peran utama pertamanya dalam film James Bond Tomorrow Never Dies  bersama Pierce Brosnan. Peran terobosan berikutnya,  di Hollywood bagi Yeoh datang pada 2018 ketika dia berakting sebagai Eleanor Young dalam komedi romantis Crazy Rich Asians – yang juga didominasi oleh sejumlah pemeran Asia. foto instagram

Seide.id.  – Aktris kelahiran Malaysia berdarah China, Michelle Yeoh berhasil menorehkan sejarah sebagai perempuan Asia pertama yang memenangkan Piala Oscar kategori ‘Aktris Terbaik’ melalui perannya dalam film Hollywood,  Everything Everywhere All at Once.

Everything Everywhere All at Once berkisah mengenai seorang pemilik binatu, diperankan oleh Yeoh, yang harus memanfaatkan versi dirinya yang berbeda di beraneka jagat untuk menyelamatkan dunia. Film garapan sutradara Daniel Kwan memenangi penghargaan kategori ‘Film Terbaik’, ‘Skenario Asli Terbaik’, dan ‘Sutradara Terbaik’.

Michelle Yeoh yang kini berusia 60 tahun mengalahkan antara lain, Cate Blanchett dalam film Tar serta Ana de Armas yang memerankan Marilyn Monroe dalam film Blonde. Sebelum hijrah dan meraih kesuksesan di Hollywood, Michelle Yeoh sudah menjadi bintang film terkenal di Asia. 

Namanya mulai diperhitungkan Hollywood, saat mendapatkan peran utama pertamanya dalam film James Bond Tomorrow Never Dies (1997) bersama Pierce Brosnan. Dia berperan sebagai Wan Lin, mata-mata China yang mumpuni – penyimpangan tajam dari “Gadis Bond” yang biasa.

Peran terobosan berikutnya,  di Hollywood bagi Yeoh datang pada 2018 ketika dia berakting sebagai Eleanor Young dalam komedi romantis Crazy Rich Asians – yang juga didominasi oleh sejumlah pemeran Asia.

Everything Everywhere All at Once adalah risiko besar bagi Yeoh, begitu kata teman-teman dan koleganya.  “Tapi hidup adalah tentang mengambil risiko. Jika tidak, Anda akan melakukan hal yang sama berulang kali.”

“Saya pikir komunitas Asia sudah lama merasa tidak terlihat. Tapi lautan perubahan sedang terjadi. Butuh waktu, dan saya bersyukur melihatnya,” katanya.

“Ini adalah bukti bahwa mimpi memang menjadi kenyataan,” kata Yeoh, saat berada di panggung dan menerima penghargaan.  “Untuk semua anak laki-laki dan perempuan yang terlihat seperti saya menonton malam ini, ini adalah mercusuar harapan dan kemungkinan,” ungkapnya.

“Saya harus mendedikasikan ini untuk semua ibu di dunia karena mereka adalah pahlawan super. Tanpa mereka, tidak ada dari kita yang akan berada di sini malam ini.”

Dalam film Everything Everywhere All at Once dia memuji sutradara, Daniel Kwan: “Jadi saya bergantung pada generasi selanjutnya yang berpikir maju seperti Daniel, untuk cukup berani menulis naskah tentang perempuan yang sangat biasa yang diberi kesempatan untuk menjadi pahlawan super.”

“Mereka membuat peluang mereka sendiri. Mereka menciptakan pintu mereka sendiri. Saya berharap saya adalah seorang penulis, maka saya akan menulis banyak naskah saya sendiri,” tambahnya.

Mungkin ini adalah bukti bahwa semuanya berubah. Tapi mungkin tidak di semua tempat. Dan tentunya tidak sekaligus.

Menjadi Gadis Bond yang tak biasa dalam film Tomorrow Never Dies (1997)  bersama Pierce Brosnan

Michelle Yeoh lahir 6 Agustus 1962 di Ipoh, Perak, di Malaysia, dan mengenyam pendidikan di Royal Academy of Dance di London pada masa remajanya. Akibat cedera punggung karier menarinya  berakhir, tetapi pendidikan di institusi tersohor itu tidak sia-sia karena memampukannya melakukan aksi stunt secara mandiri di film, yang kemudian membuatnya terkenal.

Setelah memenangkan kontes Miss Malaysia, dia mulai ikut syuting film di Hong Kong, sejak 1984 dan meraih ketenaran dengan berperan sebagai inspektur polisi dalam film Yes Madam! pada 1985. Film tersebut sangat sukses sehingga menginspirasi banyak film aksi berbahasa Mandarin lainnya untuk menampilkan pemeran utama perempuan.

“Saya terlibat dalam film aksi karena saya tidak percaya bahwa perempuan adalah sosok yang harus diselamatkan. Kisah soal perempuan harus diceritakan dengan benar,” kata Yeoh.

Yeoh adalah perempuan kulit berwarna kedua yang memenangkan penghargaan kategori aktris terbaik – setelah Halle Berry dalam film Monster’s Ball lebih dari dua dekade lalu.

Dalam suatu wawancara dengan majalah Elle, dia mengatakan ketika dia pertama kali tiba di Amerika, orang berpikir bahwa jika mereka berbicara lebih lambat dia akan memahami lebih baik.

“Mereka terkejut bahwa saya berbicara bahasa Inggris,” katanya, dengan ekspresi kebingungan saat mengingatnya. “Saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi.”

“Dipanggil sebagai minoritas tidak masuk di diri saya. Saya berasal dari Malaysia, dan kami adalah masyarakat multiras, dan selalu merangkul perbedaan satu sama lain,” tambahnya.

Penolakannya untuk memainkan karakter penurut atau diturunkan menjadi aksesori belaka untuk pemeran utama pria membuat tawaran peran ke dirinya lebih sedikit. Tapi perlahan itu berubah.

“Dunia telah berkembang, dan ada pasar lain yang akan terus berkembang. Itu bagus untuk Hollywood karena akan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus berkembang dan menjadi lebih baik,” kata Yeoh.

Namun hingga sekarang, bukan hanya stereotipe rasial yang harus dia lawan. “Saya pikir banyak dari kita, terutama perempuan, memahami bahwa seiring bertambahnya usia, Anda dimasukkan ke dalam kotak tertentu. Sebagai seorang aktris, peran saya menjadi lebih kecil dan lebih tidak penting,” katanya.

“Kita memiliki aktor pria berusia 60-an atau 70-an yang berperan sebagai pahlawan super yang menyelamatkan dunia. Tapi mengapa perempuan tidak bisa melakukan itu?” – BBC/dms.

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.