Oleh RIFZIKKA ATMADININGRAT
Mien Brodjo (11 Maret 1937 – 12 Juli 2021)| Pemilik nama lengkap Siti Sukatminah Brodjoewirjo meninggal dunia sebagai seorang pelukis dan pemilik gallery Mien Brodjo Gallery di kampung Suryawijayan Yogyakarta. Kehidupan artis yang karya lukisnya dikoleksi beberapa lembaga negara dan kolektor pribadi ini cukup unik dan berliku, namun tetap konsisten dengan dunia keseniannya.
Dilahirkan dari keluarga kaya dan terpandang Mien Brodjo hidup berkecukupan dan bahagia dimasa kecil dan remajanya. Kedatangan Jepang ke Indonesia membuat keluarganya terpuruk dan memaksa ibunya untuk berjualan kain batik.
Tahun 1958 Mien Brodjo berkeinginan sekolah seni dengan maksud bahwa dengan seni dia bisa berkeliling dunia. Namun orangtua melarangnya, takut masa depan anaknya suram dan tidak jelas nantinya.
Di tahun 1958 itulah akhirnya Mien Brodjo masuk sekolah SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani) dididik untuk menjadi guru olahraga. Di sekolah ini prestasi olahraganya sangat menonjol, terutama untuk senam dan renang. Dari renanglah Mien Brodjo menjadi atlet nasional untuk loncat indah, cabang olahraga yang membutuhkan gabungan olahtubuh dan seni. Dengan loncat indah Mien Brodjo beberapa kali mewakili Indonesia di Asian Games. Dan menjadi juara di Asian Games Philippina.
Keinginannya keluar negeri dan keliling dunia terpenuhi lewat olahraga loncat indah. Tapi hasratnya untuk berkesenian tetap bergelora. Mien Brodjo disela sekolahnya di SGPD menyempatkan waktu mengunjungi Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI) di Sompilan Ngasem Yogyakarta.
Di sana bertemu dengan Motinggo Boesje, Kusno Sudjarwadi, M Nizar dll Tahun 1962 diajak bermain Malam Djahanam dengan sutradara Motinggo Boesje. Kemudian bermain bersama WS Rendra di Jakarta dan mengenal Teguh Karya, Arifin C Noer dll.
Dari sana kemudian ikut bermain di banyak film layar lebar dimulai dari film Tangan-tangan Kotor karya sutradara Sunjoto. Beberapa film layar lebar diantaranya Sisa-sisa Laskar Pajang 1972 | Sentuhan Cinta 1976 | Buah Terlarang 1979 | Ari Hanggara 1985 dan banyak film lainnya.
Di samping layar lebar sinetron pun dirambahnya, sandiwara televisi TVRI sinetron Dokter Sartika (1988-1991) dengan lawan main Dewi Yull dan Dwi Yan. Kemudian Noktah Merah Perkawinan (1996) yang disiarkan Indosiar bersama Cok Simbara dll.
Perkenalannya di dunia teater mengenalkannya pula dengan Sanggarbambu, sanggar para pelukis dan teaterawan. Hasrat kesenian Mien Brodjo untuk belajar melukis pun meledak-ledak. Mien Brodjo belajar melukis di Sanggarbambu kepada Soenarto Pr pendiri Sanggarbambu (Sanggarbambu berdiri 1 April 1959 di Yogyakarta) seorang pelukis maestro pastel Indonesia, dikenal sebagai Raja Pastel Indonesia.
Mien Brodjo semakin intens melukis di usia senjanya setelah meninggalkan Jakarta sebagai artis film dan sinetron dan kembali ke Yogyakarta. Di rumahnya yang kuno gaya rumah bangsawan Yogyakarta Mien Brodjo melukis dan melukis.
Di rumah itu pula berdiri sebuah gallery (Mien Brodjo Gallery) yang memajang banyak karya-karyanya. Hubungannya dengan Sanggarbambu juga semakin intens. Rumah dan gallery nya sempat menjadi sekretariat Sanggarbambu (2011-2015) dan menjadi tempat kursus melukis.
Lukisan-lukisan Mien Brodjo menunjukkan kekuatan pada bentuk dan goresan. Sebagian karyanya realis-impressionis pengaruh gaya lukisan Sanggarbambu terutama Soenarto Pr gurunya. Warna-warna cerah kadang menyelimuti diantara karyanya, lembut dan impressif.
Mien Brodjo yang keibuan dan penuh kelembutan juga banyak terpancar pada karyanya. Banyak pamerannya bersama Sanggarbambu juga pameran tunggalnya. Karya-karyanya banyak dikoleksi beberapa lembaga negara dan kolektor pribadi.
Penulis sering bermain di rumah dan sekaligus gallerynya. Sambutannya selalu hangat, ingatannya tajam. Diselingi canda dan tawanya yang renyah menceritakan hal-hal lucu saat remaja, pernikahannya dan kariernya sebagai aktris dan artis.
Mien Brodjo sudah berpulang 12 Juli 2021 dalam situasi pandemi. Penulis terakhir bertemu saat-saat terakhir sebelum pandemi. Ibu yang hangat, artis yang konsisten dan teguh dalam prinsip. Selamat jalan Bu Mien Brodjo, doaku tak pernah henti.
Bukit Metes, Kamis, 15 Juli 2021