Di Alquran, miras blm saklek larangannya. Hanya disebutkan mudharatnya lebih besar ketimbang manfaatnya.
Jika minumnya banyak untuk mabuk2an, jelas kharam. Karena mudharatnya lebih besar dari manfaatnya. Terus, kalau di negeri 4 musim, pas musim dingin dengan suhu di bawah nol, bagaimana? Konon, minum sedikit miras seperti bir atau sake manfaatnya lebih besar dari mudharatnya. Untuk menghangatkan tubuh yg menggigil kedinginan.
Itulah sebabnya miras, terutama yang hasil fermentasi dengan kadar alkohol berkisar lima persen, jadi minuman sehari-hari di negeri 4 musim. Terutama pas musim dingin.
Kyai Ahmad Taufik dari Malang, pernah cerita ke saya, waktu pergi ke Rusia, ia minum Vodka. Untuk menghangatkan tubuh, katanya. Haram? No – jawabnya. Manfaatnya lebih besar ketimbang mudharatnya.
Di Indonesia, ada banyak sekali miras lokal yang kadar alkoholnya berkisar 3-5 persen. Air tape ketan Made in Kuningan, misalnya, kadar alkoholnya juga berkisar 5 persen. Saya sering minum air tape ketan yang manis wangi itu. Segar! Karena air tape ketan belum dikemas dalam bentuk miras, tak ada orang yang mengharamkan. Apalagi brem Madiun. Ini sejenis kueh khas Madiun terbuat dari air tape. Brem itu identik dengan bir padat. Sampai hari ini tak ada orang yang mengharamkan brem.
Lalu, kenapa ada yang mati minum tuak atau miras oplosan? Kemungkinan, saat pembuatan fermentasinya gak sempurna, sehingga ada metanol di miras itu. Bisa pula karena mirasnya oplosan. Campuran alkohol pabrikan dengan minuman ringan seperti Coca-Cola, Fanta, dll. Bahkan untuk menimbulkan efek fly yang lebih besar, kadang dicampur dengan obat nyamuk. Ini sih gila. Cari mati.
Metanol adalah bahan utama sepiritus. Nyalanya biru. Dulu, waktu masih pakai lampu patromak, tahun 1970-an, spiritus banyak dijual di toko. Untuk menyalakan patromak. Warna spiritus dibuat biru. Agar tidak diminum. Sekarang, spiritus kadang dipakai tukang tambal ban. Untuk melumerkan karet tambal ban.
Ya, di miras oplosan ini pun sering sekali kadar metanolnya tinggi. Akibatnya bisa modar. Metanol memang racun keras. Merusak saraf, merusak jantung, paru2, bikin buta, dll.
Etanol atau alkohol adalah zat yang paling banyak dipakai dalam industri kimia. Alkohol adalah pelarut zat organik. Industri parfum, yang bahan dasarnya zat-zat organik, umumnya pakai pelarut alkohol. Tapi sekarang, ada kelompok orang tertentu yang antialkohol, sehingga parfum pun, yang dicari water base. Yang pelarutnya air. Jelas, parfum berbasis air kurang bagus. Karena air bukan pelarut organik. Bahan dasar parfum umumnya zat organik. Alkohol adalah pelarut organik terbaik.
Tentu alkohol untuk industri beda standarnya dengan alkohol minuman hasil fermentasi. Miras beralkohol rasanya manis, wangi, dan kadang segar. Tergantung bahan apa yang difermentasi. Sedangkan alkohol industri biasanya dibuat dengan proses kimiawi agar diperoleh cairan berkadar alkohol tinggi. Sampai di sini, mungkin perlu dielaborasi — mana alkohol yang haram mana yang halal. Kalau alkohol industri diharamkan, wah banyak sekali produk farmasi yang haram hukumnya. Itulah hal ihwal alkohol atau etil alkohol dgn rumus kimia C2H5OH.
Bagaimana dengan bir atau miras berbahan baku serbuk oat, gandum, dan ketan yang difermentasi? Nah, kalo disuguhi bir semacam ini oleh teman, saya sering meminumnya. Hanya sedikit. Gak sampai mabok.
Waktu makan Wagyu di resto Grand Indonesia, Jakarta dua bulan lalu, Monica bilang — Simon kalau makan Wagyu disertai minum anggur merah rasanya enak sekali. Saya mencobanya. Betul juga, segar. Itulah pengalaman pertama saya makan daging sapi Wagyu plus anggur merah. Toh saya gak mabuk dan juga gak ketagihan.
Gimana ketagihan wong sekali makan menu itu harganya 500 ribuan. Kalau gak gratis, mana tahan….!!