Seide.id – Menjalani kehamilan ternyata bukan hanya berat “menggendong” bayi selama 9 bulan lebih. Melainkan juga melelahkan lantaran kelewat banyak larangan dan hal-hal yang ditabukan dalam berbagai mitos. Berikut beberapa di antaranya.
1.”Jangan nonton film horor atau action!”
Kalau ibu hamil nekad nonton dengan melanggar “larangan” ini, konon janin dalam kandungan kelak akan ”tertular” dengan karakter si tokoh sentral di film tersebut. Yakni serba negatif, temperamental, dan menakutkan.
Variasi mitos berupa larangan semacam ini banyak sekali. Intinya, hendak mengatakan bahwa yang dikerjakan seorang wanita hamil pasti akan berpengaruh langsung pada bayinya. Padahal, yang sebenarnya terjadi, begitu sel telur ibu dibuahi oleh sel sperma ayah, saat itu jugalah individu baru terbentuk.
Secara genetis, janin akan mewarisi masing-masing sebagian sifat kedua orangtuanya. Baik struktur tubuhnya kelak, warna kulit, raut wajah dan karakter kepribadian yang negatif maupun positif.
Posisi janin yang sedemikian aman terlindungi dalam rahim ibunya tidak memungkinkan pengaruh luar mengusiknya begitu saja. Kecuali virus penyakit tertentu, semisal rubella atau penyakit kelamin yang bisa menyebabkan kecacatan, kelainan atau bahkan kematian pada bayi. Itu pun hanya mungkin terjadi kalau virus jenis ini menyerang sebelum usia kehamilan mencapai 10 minggu.
Semua bayi, sesaat dilahirkan memang keriput kulitnya dan terlihat kurang menarik. Kalau si ibu sendiri kelewat cemas anaknya akan terlihat menyeramkan lantaran “kesalahan” yang pernah dilakukannya semasa hamil, biasanya kecemasan inilah yang akan membayanginya terus. Hingga yang nampak pada bayinya adalah apa yang selalu dicemaskannya tadi.
2.“Tataplah bulan purnama agar kulit bayi putih bersih.”
Anjuran serupa lainnya adalah makanlah tahu sebanyak mungkin. Atau minum susu dan santan sebanyak mungkin kalau ingin mendapat bayi cantik berkulit putih bersih. Selain itu hindari kecap dan makanan lainnya yang berpenampilan hitam legam, semisal kedele hitam dan sebagainya.
Tentang mitos ini, Anda boleh percaya, boleh juga tidak. Logikanya, kalau ibu bapaknya berkulit gelap, minum santan atau susu 5 drum besar pun tak akan membuat kulit si kecil putih bersih.
Soalnya, warna tubuh seseorang ditentukan oleh jumlah dan sifat sel pigmen pembentuknya yang diwarisi dari orangtuanya. Jadi, sama sekali bukan oleh warna makanan yang disantapnya.
Akan tetapi santan dan susu memang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil, tentu saja dalam porsi wajar. Begitu juga tahu sebagai salah satu sumber protein nabati yang cukup baik. Harganya pun relatif sangat murah dibanding sumber proteim lainnya.
Calon ibu yang sehat dan senantiasa mengkonsumsi makanan bergizi tinggi bisa dipastikan akan melahirkan bayi yang sehat pula.
3. “Jangan makan daging domba, nanti bayimu sakit sawan.”
Lagi-lagi mitos atau larangan bagi ibu hamil dan menyusui masih seputar makanan. Wanita hamil dan menyusui dilarang keras makan pisang yang akan bikin bayi masuk angin atau sembelit. Begitu juga makan nenas yang menyebabkan diare. Atau yang lebih ekstrem, dilarang menyantap daging domba karena konon bisa menyebabkan sakit sawan.
Logikanya, bila dimakan dalam jumlah berlebihan, daging hewan apa pun memang akan menaikkan suhu tubuh. Kenaikan suhu tubuh secara drastis inilah yang mungkin akan berpengaruh pada si kecil. Dalam batas wajar, daging justru baik dan sangat bisa diandalkan sebagai asupan protein hewani yang dibutuhkan setiap individu, terutama ibu hamil dan menyusui.
Hanya saja disarankan untuk tidak hanya mengonsumsi daging sebagai sumber protein. Melainkan juga imbangi dengan konsumsi ikan dan jenis kacang-kacangan. Serta lengkapi dengan sayur-sayuran dan buah-buahan.
Seiris nenas atau jenis makanan lainnya tentu tidak akan mengganggu fungsi lambung. Kecuali jika berbagai jenis makanan yang dimitoskan tadi dikonsumsi tanpa batas selama 9 bulan secara terus-menerus. Kuncinya, sekali lagi, adalah menjaga batas kewajaran. Termasuk dalam hal makanan. Jangan berlebjhan dan usahakan pula agar tidak kekurangan.
4. Wanita hamil dilarang melayat atau mengunjungi orang sakit.
Mitos ini masuk akal karena sebagai tempat perawatan orang sakit, di rumah sakit atau rumah si sakit yang dijenguk, setidaknya beterbangan aneka virus dan bibit penyakit yang kasat mata. Kalau sampai masuk ke dalam tubuh wanita hamil, dampaknya juga bisa mengenai si janin dalam rahim.
Begitu juga suasana berkabung di rumah duka yang pasti akan mempengaruhi emosi si ibu hamil jadi sedemikian murung yang bisa berpengaruh pada janinnya. Jika ibu hamil melayat, dikhawatirkan ada beragam penyakit dari para pelayat lain yang bisa mengancam kesehatan si ibu maupun janinnya. Jadi, amannya si ibu hamil memang duduk manis saja di rumah.
Puspayanti