Margaux Hemingway part 2
Oleh AYU SULISTYOWATI
TAK BUTUH waktu lama bagi Margaux jadi model papan atas. Puncaknya ia mendapat kontrak satu juta dolar sebagai model dan spoke person untuk parfum ‘Babe’, keluaran Faberge, sebuah pabrik kosmetik besar di masa itu. Kontrak ini membuat Margaux menjadi model pertama di dunia yang dibayar satu juta dolar dari iklan kosmetik. Saat itu Margaux sudah menikah dengan Errol Weston, seorang produser film, dan mantan pemilik franchise hamburger Wetson yang cukup terkenal pada masanya.
Menjadi model ‘Babe’ membuatnya makin popular. Billboard yang memperlihatkan pesonanya ada di seluruh belahan Amerika. Mendadak semuanya bagai mimpi di usianya yang baru 21. Selebriti internasional pun mulai mengenalnya.
Lalu Margaux dan Hollywood pun saling menggoda. Apalagi, tak lama produser kakap Dino De Laurentiis menawarinya kontrak main film.
De Laurentiis yang sudah malang melintang di Hollywood selama puluhan tahun dan pernah memproduseri antara lain Death Wish dan Serpico jelas membuat Margaux tak berpikir dua kali.
“Aku akan menjadikanmu bintang. Sebesar Sophia Loren,” janji sang produser. “Aku akan membuatmu bintang paling besar di negeri ini setelah Marilyn Monroe.”
Dan Margaux menerima tawaran bermain dalam Lipstick (1976), sebuah drama thriller tentang pemerkosa yang meneror korbannya, sang model jelita yang diperankan oleh dirinya. Dalam film itu, Margaux mengajak Mariel, sang adik yang usianya tujuh tahun di bawahnya.
Sama-sama jangkung, pirang dan atletis, Mariel tak secantik kakaknya, tapi sialnya Mariel jauh lebih berbakat akting. Bahkan empat tahun kemudian, Mariel mendapat nominasi Oscar ketika didapuk Woody Allen bermain dalam film romans komedinya Manhattan (1980).
Kritik menyandingkannya dengan akting Mariel yang disebut lebih natural.
Meski begitu Margaux tak kapok berakting. Dalam film-film kelas B sekalipun. Sejumlah film macam Killer Fish (1979) bersama Lee Majors dan Karen Black, sebuah film hiburan tak penting tentang serbuan ikan piranha.
Di saat yang nyaris bersamaan, pernikahannya dengan Errol Wetson
bubar. Sebagai pelarian, kebiasaannya pesta makin menggila. Margaux terkenal sebagai salah satu pelanggan setia Studio 54, sebuah klub super terkenal di dekade 1970an. Andy Warhol, Mick Jagger dan istrinya kala itu Bianca, desainer papan atas Halston, hinggaLiza Minnelli adalah pelanggan Studio 54, klub tempat pesta narkoba, alkohol, dan seks para pesohor dan para groupie-nya.
Margaux lupa kalau sebagai model, ia sama sekali belum habis. Tapi kalimat De Laurentiis yang ingin menjadikannya bintang terus saja terngiang. (bersambung)