Foto : Lucas Favre/Unsplash
Apa jadinya, jika kita kehilangan semangat hidup dan harapan?
Tanpa semangat hidup, kita tidak memiliki api jiwa. Hidup dalam kegelapan.
Begitu pula, jika kita kehilangan harapan, hidup ibarat layang-layang putus, menunggu saat jatuh, tercampak, dan diinjak.
Kengerian itu mestinya disadari saat jiwa ini dicengkeram ke dalam lorong gelap tak berujung dan hidup yang sia-sia tanpa makna.
Kita ini hidup tidak sekadar dan asal hidup. Karena hidup itu berdenyut agar kita tetap semangat dan mempunyai harapan untuk dituju dan diwujudkan.
Semangat dan harapan yang menyatu, bagai dua sisi uang koin.
Apa artinya semangat, jika kita tidak mempunyai harapan yang jelas?
Apa artinya harapan, jika kita tidak mempunyai semangat juang tinggi?
Hidup itu sejatinya rasa memiliki agar kita bertanggung jawab kepada Yang Memberi Hidup.
Coba direnungkan. Ketika kita tidak mempunyai rasa memiliki, apa yang bisa kita berikan pada hidup itu sendiri?
Bisa jadi, kita hidup sekadar untuk dan yang penting hidup. Kita pasrah, tapi salah kaprah. Kita mengandalkan Allah, tapi tidak mau berusaha dan berjuang untuk menggapai harapan.
Saatnya mawas diri. Ketika kita menuntut pada orang lain, bakal kecewa dan sakit hati. Menuntut pada dunia, bakal sia-sia karena dunia juga bakal musna. Tetapi menuntut perubahan pada diri sendiri, kita menemukan bahwa hidup ini sangat berarti.
Kepercayaan itu menghidupi agar kita tidak memadamkan sendiri.
Kepercayaan itu api jiwa kita pada sesama dan Allah agar tidak kita sepelekan dan sia-siakan.
Kepercayaan itu pertanggungjawaban kita pada sesama dan Allah, karena kita pantas dipercaya.
Hidup ini sungguh berarti, ketika kita mau memberikan hidup ini pada sesama. Murah hati, dan ikhlas.