Mutia Datau, Penjaga Gawang Buana Putri

Kenangan membaca majalah Zaman edisi Akhir Juli 1984  (No.44/V). Majalah hiburan yang menawarkan jurnalisme sastrawi.

Oleh KIN SANUBARY

PENJAGA GAWANG klub sepakbola Buana Putri  ini berbeda dengan penjaga gawang sepakbola lainnya. Sebab dia cantik bak model, dan kemudian memang terjun ke film juga. Dialah Mutia Datau.  Atlet kelahiran Lampung, 12 Agustus 1959 dari ibu asal Lampung dan ayah asal Gorontalo. Tubuhnya yang sintal dengan kulit putih mulus dan tinggi 168 cm ditambah lagi wajahnya ayu, Mutia Datau lebih nampak sebagai peragawati atau bintang film. Kelak Mutia Datau dipersunting oleh bintang film ganteng, Herman Felani.

Tak mengherankan jika dia menjadi penghias sampul (cover story) majalah ZAMAN. Dia masih berusia 25 tahun, ketika ditampilkan dalam lukisan airbrush karya perancang grafis Oentarto.

Mutia dan klubnya hanya berlaga di pertandingan eksibisi atau kejuaraan.  Kompetisi resmi baru bergulir di tahun kelimanya menjadi pesepak bola.  Bermain bagus di klub membuat Muti direkrut timnas. Ajang pertama yang ia ikuti bersama timnas adalah Asian Women Football 1977 di Taiwan.

Penampilan gemilang Muti di depan gawang membantu Indonesia meraih medali perunggu. Namun sang Mama, khawatir anaknya semakin tomboi, lalu memintanya ikut ajang pemilihan None Jakarta Barat 1978. Dari sana karir Muti berubah haluan ke dunia film. Ia sempat membintangi film Ira Maya dan Kakek Ateng (1979), Sepasang Merpati (1979), Sirkuit Kemelut (1980), Malu-malu Kucing (1980), Intan Mendulang Cinta (1981), dan Wolter Monginsidi (1983). Di dunia film juga ia bertemu jodoh, yakni aktor Herman Felani, lawan mainnya di film Sirkuit Kemelut  .

Dari Mutia Datau juga kemudian melesatr adiknya, Nunu Datau yang juga dikenal sebagai bintang remaja pada masanya. Juga Yudi Datau yang dikenal sebagai juru kamera handal, suami dari aktris Ine Febriyanti.

Dari kiper club sepakbola Buana Putri, menjadi model dan artis film, dan menikah dengan bintang film kondang pada masanya. Sekelumit perjalanan si cantik Mutia Datau.

Majalah ZAMAN edisi Juli 1984 menampilkan wawancara khusus dengan Kartika Sari Soekarno Putri – yang saat itu masih 17 tahun – tak lain dari  putri tunggal dari Presiden Soekarno dengan Ratna Sari Dewi.  Jurnalis Zaman, Lie Chen Min alias Sapta Dahana berkesempa tan mewawancarai Kartika selama 1,5 jam. Kartika memilih Indonesia sebagai tanah airnya.

Dengan blus putih dan rok bergaris-garis warna hijau muda adem dan kuning keemasan Kartika yang oleh teman-temannya di Prancis dipanggil Karina kelihatan cantik sekali. 

Rambutnya yang hitam tergerai sebatas bahu. Alis matanya yang tebal memang mirip sekali dengan Bung Karno. Bulu matanya yang lentik dihiasi sebersit eyeshadow warna biru  keungu-unguan. Pipinya dipoles warna merah tapi tidak begitu kentara. Bibirnya yang manis dipulas dengan satu kali sapuan lipstick warna merah muda.

Kartika Sari Soekarno alias Karina, putri bungsu Bung Karno dari Ratna Sari Dewi juga diwawancarai majalah ZAMAN.

Kartika tampak remaja sekali dengan tubuhnya yang semampai, tinggi 168 cm dan berat badan 51 kg. 

Dengan anggun ia melangkah di atas sepatunya yang berwarna putih, sambil melemparkan seulas senyum yang ramah. Sapaannya yang lembut, aaaah. Ia memang sempurna sekali sebagai seorang gadis.

Pada rubrik Sehari Dengan menampilkan IGK Manila yang masa itu, mendapat julukan “Si Bapak Gajah Putih” Perwira AD dengan nama lengkap I Gusti Kompyang Manila ini memiliki ciri khas plontos dengan kumis tebal dan akrab dengan siapa saja. Namanya pernah terpampang di media cetak dalam dan luar negeri juga dilayar televisi ketika berhasil menggiring gajah-gajah dari daerah pemukiman transmigrasi di Air Sugihan ke Hutan Lebong Hitam akhir Desember 1982.

IGK Manila juga pernah memimpin kontingen olahraga Indonesia dalam beberapa perhelatan akbar. Aktif di PSSI Memimpin Persija, Ketua ORARI, Bapa Wushu Indonesia dan sebagai Direktur Akademi Olahraga Indonesia. Terakhir berpangkat Brigjen.

Alain Delon, Yati Surachman WS Rendra dan Umar Kayam tampil dalam berita kilas ZAMAN edisi Juli 1984

Dihadirkan juga sosok Patti Smith, seorang penyair yang menyanyi. Patti mengagumi penyanyi ballada Bob Dylan dan menyukai grup RollingStones merintis kariernya sebagai pembaca puisi.

MEMBAHAS media cetak era 1980-an, tak lengkap bila tak menyebut majalah ZAMAN. Salahsatu majalah dari  grup TEMPO. Ciri khas majalah ini selalu tampil dengan lukisan airbrush di sampulnya. Majalah ini menampilkan sosok hebat pada zamannya, dengan bahasan yang tuntasl Bahasa yang dituturkan pun selalu enak dibaca dengan gaya penulisan bernuansa sastrawi

Rubrik Ngintip mengulas singkat, para pesohor dalam dan luar negeri diantaranya : AlainDellon bercerita tentang pacar-pacarnya yakni Brigitte Bardot, Nathalie, Mircille Darch dan Anne Perillard. Sosok Brooke Shield  yang jidatnya berkerut, Grace Jones dari Amazone,Rendra Sang Ronin,  Umar Khayam sukses dengan film Pengkhianatan G30S/PKI,  rocker asal Malang SyviaSaartje, yang digosipkan akan menikah pada tahun itu. Ada juga kilas berita Yati Surachman, yang mengaku tak mau ‘buka-bukaan’ lagi

Untuk rubrik dan kolom tetap, Zaman menampilkna Berikan yang Terbaik  yang ditulis oleh sastrawan sufi Danarto, cerita wayang Seri Wisanggeni karya Seno GumiraAjidarma dengan judul Pasopati itu Berkilauan, cerpen  Kucing,  karya Ratna Indrasari Ibrahim, Cerita Detektif Vonis  karya DL Champion. 

Semoga dengan menyebutkan selebriti dan tokoh pada era itu bisa membuka kembali kenangan lama.

Salam Seide

Kin Sanubary

Avatar photo

About Kin Sanubary

Kolektor & Dokumentator Media Cetak Lawas, mengoleksi 3,000 lebih eksemplar surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh 300 perusahaan media sejak 1958, tinggal di Subang Jawa Barat