Seide.id -Setiap kali melihat antrian orang yang mengular di bank, saya jadi malas untuk ikut antri. Berapa lama saya harus menunggu untuk memperoleh giliran? Sementara, di loket teller prioritas tidak banyak nasabahnya.
Saya tertarik, penasaran, dan ingin mengetahui lebih banyak untuk menjadi nasabah prioritas.
Seusai mengantri, saya lalu menemui petugas customer service (CS), dan saya memutuskan untuk bergabung, karena bakal memperoleh banyak fasilitas. Di antaranya, kenyamanan dan kemudahan sebagai pribadi terpilih dengan pelayanan istimewa.
Ternyata, pelayanan istimewa yang diberikan oleh suatu perbankan itu tidak menjamin pelayanan SDM-nya di lapangan. Karena, ada sebagian dari mereka yang menerapkan aturan pusat tanpa mengimplementasikannya dengan hati.
Kejadian tidak mengenakkan saya alami, ketika pagi itu saya meminta dibuatkan buku cek. Siangnya, permintaan saya ditolak, karena rekening giro saya kosong setelah terdebet untuk membayar supplyer. Padahal, bank tersebut menerapkan ATS ke rekening prioritas, seperti permintaan saya.
Lebih suloyo lagi, hampir setiap hari saya pergi ke bank tersebut. Saya tanyakan pula fungsi nasabah prioritas, tapi tidak ditanggapi karena CS menerapkan peraturan dari pusat.
Peristiwa serupa juga terjadi ketika saya memindahkan rekening saya di cabang bank yang sama, karena tempat usaha pindah.
Buku cek saya kembali ditolak. Padahal, saya telah meminta CS untuk mendebet Rp 1,1 juta dari rekening prioritas, setiap rekening giro saya tidak ada dananya. Dengan perincian, Rp 1 juta untuk dana yang mengendap dan Rp 100.000 untuk pembuatan buku cek.
Alasan CS, salah di sistemnya. Padahal, sistem itu manusia yang memprogramnya. Karena, orang bodoh, saya mempercayainya.
Puncak dari peristiwa konyol dan selucu-lucunya terjadi dalam masa pandemi ini.
Nasabah prioritas diperlakukan sama dengan nasabah biasa.
Bagian teller tidak lagi menerima nasabah untuk mencetak buku. Nasabah dipersilakan mencetak buku sendiri atau dibantu oleh petugas di mesin pencetak dengan menggunakan kartu ATM atau tanda pengenal KTP. Alasannya, untuk sosialisasi penerapan sistem digitalisasi.
Dari setor uang di lantai 2, mencetak buku di lantai 1. Jika bukunya habis, silakan ke CS.
Jangan kaget, jika di CS, nasabah prioritas ditanyai nama ibu kandung, tempat tanggal lahir, atau mengulang pin ke mesin EDC hingga 3-4 kali. Padahal CS bisa meminta tolong nasabah untuk membuka masker, jika ragu-ragu. Toh, foto nasabah ada di data komputer.
Kekonyolan yang lain, ketika kantor bank tidak beroperasi karena karyawan terdampak birus corona-19, tidak ada pemberitahuan sebelumnya atau lewat pesan di WA.
Apakah pihak bank selalu meminta dipahami? Sekiranya ada nasabah yang membawa uang diketahui penjahat, lalu dikuntit sewaktu mencari bank cabang terdekat, apakah pihak bank berpikir hal yang terjelek?
Atau bisa jadi, selama ini saya keliru memilih bank. Lebih baik saya menyimpan uang di bawah kasur saja…