Seide.id – Nasib kesehatan kita bisakah diubah? Bisa. Nasib kesehatan kita hari ini, itu adalah buah dari apa yang kita makan, kerjakan, dan bagaimana merawat tubuh kita sejak kita kecil.
Kalau bagus perlakuan kita terhadap tubuh, akan bagus otobiografi tubuh kita. Kalau bagus otobiografi tubuh, ada harapan umur terulur lebih panjang. Kalau kurang bagus kita merawatnya, mungkin hari ini lutut kita bermasalah, mungkin pinggang, mungkin jantung, ginjal, atau otak kita bermasalah.
Bukti lain bahwa nasib kesehatan bisa diubah, umur harapan hidup (life expectancy) setiap negara, dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, makin tahun makin bertambah panjang. Intervensi iptek medis bisa mengulur umur lebih panjang.
Selain itu seberapa lengkap wawasan kesehatan yang kita miliki, dan sikap kita terhadap kesehatan. Makin luas wawasan kesehatan kita, semakin tepat sikap kita terhadap kesehatan, semakin besar harapan tetap sehat dan tidak perlu jatuh sakit.
Bahwa penyakit itu bisa dicegah. Bahkan semua penyakit mestinya tidak perlu terjadi kalau masyarakat diberi tahu caranya. Namun yang terjadi sekarang di dunia, hanya 5 persen saja orang meninggal sebab mati tua, selebihnya 95 persen mati sebab penyakit. Dan sekarang kita tahu penyakit yang muncul lebih sebagai akibat kita keliru memilih gaya hidup, karena sebetulnya peran faktor penyakit keturunan hanya 10 persen saja.
Seorang mantan pejabat yang ikut seminar saya “Sehat Itu Murah” beberapa waktu lalu bilang begini:
“Dokter, saya menyesal baru kali ini saya ikut seminar Dokter. Tadi Dokter bilang hati-hati minum obat Cina bisa merusak ginjal. Saya korban minum obat Cina, sehingga empat tahun lalu harus cangkok ginjal Rp 400 juta. Hanya karena saya tidak dapat informasi obat cina merusak ginjal, ginjal saya menjadi korban, dan saya harus mengeluarkan ongkos sebesar itu.”
Betul. Menjadi sehat itu investasi. Kalau kita luput berinvestasi hidup sehat, maka yang terjadi kita keluar ongkos. Maka sebetulnya menjadi sehat itu murah, tapi kalau sudah telanjur sakit menjadi mahal.
Karena tidak tahu bagaimana lutut perlu dirawat, sebagian besar masyarakat kita lututnya bermasalah.
Tidak boleh jogging atau lari atau olahraga lompat-loncat setelah umur paruh baya supaya lutut tidak rusak, menjadi informasi yang sangat mahal dan berharga, oleh karena bila kita tidak tahu, kerusakan lutut perlu ongkos nyaris Rp 200 juta untuk mereparasinya. Dan sekarang apabila masyarakat telanjur terdampak akibat tidak mendapat informasi kesehatan dan medis, itulah yang menentukan kurang bagusnya nasib kesehatan masing-masing orang.
Seorang ibu 62 tahun menyesal lututnya sudah tidak kuat dibawa berjalan, mendengar ketika saya mengawali seminar saya dengan ungkapan: “Syukuri kalau kita masih enak makan, enak tidur, dan mampu berjalan sendiri. Uang harta kedudukan tidak ada artinya kalau modal hidup berkualitas itu kita tidak lagi punya.”
Maka mumpung masih memiliki ketiganya, rawat dan peliharalah tubuh kita. Hanya tubuh kita yang setia bersama kita sampai ujung hayat kita, bukan yang lain. Maka rawat dan peliharalah supaya tetap bugar sampai akhir hayat.
Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul