Nataru di Jerman dalam Pembatasan Ketat


KANSELIR Jerman Olaf Scholz mengatakan dirinya dan 16 pemimpin negara bagian “sengaja memutuskan” untuk menerapkan pembatasan yang lebih ketat setelah liburan Natal.

“Pengalaman selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa Natal dan Paskah bukanlah pendorong besar infeksi,” kata Scholz kepada wartawan dalam konferensi pers.

Dia menambahkan bahwa para keluarga sejauh ini “berhati-hati dan bertanggung jawab” dalam hal berkumpul selama liburan. Itulah sebabnya pembatasan pertemuan pribadi secara khusus menargetkan perayaan malam tahun baru.

Seorang pria di kuburan di Bonn berduka atas istrinya yang telah meninggal – salah satu dari 100.000 orang di Jerman yang telah meninggal karena COVID-19.

Selama beberapa minggu terakhir, jumlah mereka yang meninggal karena COVID atau terkait dengan corona meningkat setiap hari.

“Kami akan melakukan semua yang diperlukan, dan di sisi lain, kami harus menyiapkan penguncian umum, jadi jika kami membutuhkannya tahun depan, ini dapat diterapkan dengan sangat cepat,” kata Wagner, politikus dari Partai Hijau.

Anggota parlemen Jerman di Bundestag juga akan memperdebatkan apakah akan mewajibkan vaksin COVID-19. “Menurut pendapat saya, ya, kita perlu vaksinasi wajib tahun depan,” kata Wagner, menambahkan bahwa itu akan membantu “menutup kesenjangan orang yang belum divaksinasi.”

Suasana keramaian menjelang Natal di Jerman.

Badan pengendalian penyakit menular di Jerman, Robert Koch Institute (RKI) melaporkan 24.428 kasus infeksi baru pada hari Selasa (21/12), atau 7.395 kasus lebih sedikit dibandingkan tujuh hari yang lalu. Tingkat insiden 7 hari per 100.000 turun dari 316 pada hari Senin (20/12) menjadi 306,4 pada hari Selasa (22/12).

Sementara itu, kasus kematian bertambah sebanyak 462 kasus, sehingga totalnya menjadi 108.814 kasus.

Paspor vaksin hanya valid selama 9 bulan
Komisi Eropa mengumumkan Selasa (21/12) bahwa sertifikat vaksin COVID-19 di blok itu hanya akan berlaku selama sembilan bulan tanpa suntikan booster.

Langkah ini dilakukan ketika negara-negara Eropa berjuang untuk mengamankan lebih banyak dosis vaksin di tengah lonjakan kasus COVID-19 dan penyebaran varian Omicron yang kemungkinan sangat mudah menular.

Dalam pengumumannya, Komisi Eropa mengatakan bahwa periode validitas yang selaras untuk paspor vaksin COVID-19 “adalah kebutuhan untuk pergerakan bebas yang aman dan koordinasi tingkat UE.”

Penduduk Uni Eropa dianjurkan untuk menerima suntikan booster paling lambat enam bulan, setelah mereka divaksinasi penuh. Namun, sertifikat tersebut akan berlaku selama tiga bulan tambahan sebagai masa tenggang untuk memastikan akses ke dosis booster.

Dilansir kantor berita Reuters, validitas paspor vaksin COVID-19 setelah suntikan booster akan diperpanjang lebih lanjut tanpa batas yang ditentukan.

Menurut Komisi Eropa, sejauh ini terdapat 807 juta sertifikat vaksin COVID-19 telah dikeluarkan di UE. –  DW/Dms.  

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.